Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Perkembangan Politik dan Pertumbuhan Organisasi Baru Sesudah Tahun 1926-1942




Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang
Dasawarsa ketiga abad ke-20 bagi indonesia merupakan priode mbilisasi politik masa yang bercorak radikal serta penuh kekerasan. Kalau mobilisasi massa yang dijalankan oleh SI pada ltahun-tahun awal eksistensinya lebih dijiwai oleh revivalisme agama sehingga oleh PKI lebih diarahkan kesuatu revolusi sebagai pemenuhan dokrin Marxisme dengan perjuangan kelas yang terkenal itu. Pada masa itu memang jelas kecendrungan struktur tampak memberi angn kepada gerakan komunis , tidak lain karena kalau ada satu pihak pada ada pertumbuhan ekonomi perkebunan luar biasa maka pada pihak lain kehidupan rakyat kecil semakin merana.disini masalah eksploatasi dengan jelas dapat ditonjolkan sehingga mudah mendorong kearah aksi penuh kekerasan.meskipun dibeberapa tempatmobilisasi rakyat berhasil namun sifatnya tetap merupakan segmentasi dan terisolasi satu sama lain sehingga dengan mudah dapat ditindas oleh penguasa kolonial.
Kecuali kejutan politik, rupanya dampak pemberontakan PKI tahun 1926 itu tidak banyak artinya. Dikalangan kaum moderat dari pergerakan nasional timbul sikap mencela tindakan keras itu, sedang dikalangan kaum nasional berhaluan radikal diusahankan mencari alternatif bentuk perjuangan yang lain dalam menghadapi kolonialisme yang semakin gigih dipertahankan oleh Belanda seperti yang disuarakan oleh Colijn dan Treub. Dalam rangka mencari alternatif itu beberapa konsiderasi histori menujukan orientasi politik yang jelas, yaitu : (1) garis-garis pokok manifestor politik PI memberi pegangan yang fundamental; (2) secara berturut- turut para anggota PI pullang ke indonesia (3) munculnya kepemimpinan kaum inteligensi bukan anggota PI; (4) mobilisasi rakyat telah mengarah ke sesuatu momentum sehingga perlu diteruskan dengan kepemimpinan baru; (5) tampuk pimpinan kekuasaan kolonial yang dipegang Gubernur Jenderal de Greaff masih memberi ruang gerak politik bagi kegiatan kaum nasionalis.
            Dipandang dalam konteks itu maka pembentukan PNI (Partai Nasional Indonesia)merupakan jawaban tepat terhadap tantangan zaman serta yang optimal dapat diusahakan untuk memakai sumberdaya yang tersedia. Secara eksplisit dinyatakan bahwa didalam PNI pada umumnnya dipakai sebagai pokok-pokok asas tujuan. Meskipun para pendiri tidak menerima ide PI secara keseluruhannya dengan alasan bahwa organisasi politik di indonesia perlu mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya yang nyata sekaliberbeda dengan lingkungan di Negeri Belanda. Itulah pula sebabnya mengapa konsep serikat rakyat nasional indonesia (SRNI) seperti yang diajukan oleh Soedjadi senagai perantara PI di indonesia tidak dapat diterima. PNI mempunyai pendukung-pendukung seperti Sartono, Soekarno, Soenarjo. Iwa Kusumasumantri, Ali Sastroamidjojo, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan lain-lain. Berbeda dengan PI, PNI tidak menegaskan perjuangan kelas tetapi lebih menekankan perjungan melawan kolonialisme; jadi, lebih merupakan perjuangan rasial. Jiwa populistisnya kemudian lebih dikenal sebagai marhaenisme.

1.2 Rumusan Masalah
1)      Bagaiamana gaya baru dalam pergerakan nasional sesudah tahun 1926?
2)      Bagaimana bentuk ideologi politik sesudah tahun 1926?
3)      Bagaiman perkembangan organisasi politik dan gerakan sesudah tahun 1926?
4)      Apa saja dampak penahanan pemimpin?
5)      Bagaimana masalah persatuan pada tahun sesudah 1926?
6)      Bagaiaman berakhirnya masa nonkooperasi?
1.3 Tujuan
1)      Untuk mengetahui gaya baru dalam pergerakan nasional sesudah tahun 1926;
2)      Untuk mengetahui bentuk ideologi politik sesudah tahun 1926;
3)      Untu mengetahui perkembangan organisasi politik dan gerakan sesudah tahun 1926;
4)      Untuk mengetahui dampak penahanan pemimpin;
5)      Untuk mengetahui masalah persatuan pada tahun sesudah 1926;
6)      Untuk mengetahui berakhirnya masa nonkooperasi.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik berupa tambahan  informasi pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang perkembangan politik dan pertumbuhan organisasi politik sesudah tahun 1926-1942, dan juga semoga memberikan manfaat bagi penulis sendiri.













Bab 2. Pembahasan

2.1 Gaya Baru dalam Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926
Suatu dampak yang menonjol dari politik konserfatif Gubernur Jendral Fock ialah pergerakan Nasional menempuh jalan makin radikal dalam memperjuangkan tujuannya yang semakin berubah menjadi politik murni lokasi sosial golongan yang mendukung suatu organisasi pergerakan akan sangat menentukan derajat radikalismenya. Kalau ternyata PKI menyediakan suatu alternatif yang kemudian menemui kegagalan, kaum inteligensi sejak pertengahan tahun 20-an berusaha membentuk organiasi politik berdasarkan prinsip-prinsip seperti yang telah di gariskan oleh PI. Manivestro politiknya sebagai hasil pemikiran dikalangan PI dapat dipandang sebagai ekspresi jiwa nasionalisme yang telah mengalami pemekaran sepenuhnya. Sesuai dengan kedudukannya, kaum inteligensi telah mengadakan interpretasi yang tepat mengenai situasi sosial-politik di indonesia dalam tahun 1920-an itu serta secara tepat pula merumuskan diaknosis sosial untuk dapat mengatasi permasalahannya. Pandangan Piyang bersifat gelobal dapat menunjukan pokok-pokok hakiki dalam situasi kolonial, dan oleh karenanya prinsip- prinsip demokrasi swadaya, dan persatuan merupakan soko guru pergerkan nasional dimasa-masa kemudian. Idialisme politik yang berkembang mencerminkan lokasi sosial historis para pendukungnya yang mengandung antara lain faktor-faktor seperti : (1) suasana politik bebas di negeri belanda dengan kebebasan berkumpul dan berbicara; (2) para anggota PI sebagai mahasiswa pada umumnya tidak mempunyai ikatan dengan kepentingan tertentu (uncommitted); (3) solidaritas antareknik mudah terpupuk, lebih-lebih dikalangan kecilsesama golongan akademik.meskipun manivestro politik tersebut memberi orientasi tujuan yang jelas bagi perjuangan politik dengan indonesia serta sebagai idealisme sangat meningkatkan aspirasinya, namun dalam kehidupan politik prektis di indonesia sering dirasakan kurang sesuai dengan situasi sebenarnya, dan ada kalanya disambut dengan kritik tajaum sebagai hal yang tidak realistis, lagi pula terlalu lepas dari rakyat.
Ada faktor lain yang menimnbulkan degaan bahwa konsepsi PI tidak dapat begitu saja diterima dan dipraktekan di indonesia, ialah adanya kecurigaan dari pihak belanda bahwa konsep PI itu sebenarnya berasal dari konsepsi Semaoen. Bantahan Moh.hatta mengenai tuduhan itu tidak berdaya menghilangkan kecurigaan itu.
Disamping itu muncul lah kontroversi besar antara konsepsi Hatta-Sejahrir dengan konsepsi Soekarno. Yaitu pihak pertama mengarahkan pihak politik sebagai pelaksanaan melawan kapitalisme sebagai biang kladi kolonialisme Belanda, sedang pihak kedua lebih mengarah pada konfrontasi “froncokelat” (bruine front) melawan “front putih” (whitte front). Tambahan pula pihak pertama menghendaki pendidikan kader sebelum memobilisasi rakyat, sedang yang kedua langsung mengutamakan mobilisasi rakyat. Kontrofersi ini akan mengakibatkan keretakan serta perpecahan dikalangan intelegensi sebagai pemimpin pergerakan nasional.
Dengan demikian, sejak awal melancarkan perjuangan politik dengan gaya baru telah terkandung benih-benih faksionalisme secara konflik intern sehingga prinsip persatuan menghadapi hambatan yang besar. Tambahan pula dilancarkan kritik tajam dari PSI, khususnya kelompok H.A. Salim yang mencap gerakan PI bersikap terlalu negatif, ialah merangsang perasaan anti Belanda, sedangkan sebaliknya sama sekali tidak ada kesediaan berkorban untuk rakyat. Kecuali itu kaum itelegensi itu sudah terasing dari rakyatnya sendiri.
Dirasakan oleh H.A. Salim bahwa perkembangan gerakan nasionalis di luar PSI akan semakin meningkatkan gerakan skuler, suatu kecendrungan yang pasti semakin merongrong PSI yang telah mengalami kemunduran itu jelaslah pula bahwa gerakan SI (PSI) telah kehilangan momentum, dan tahun 1920-an ditandai oleh nasionalisme indonesia yang tidak lagi bernaung dibawah panji-panji islam secara sepenuhnya.
2.2 Bentuk Ideologi Politik Masa Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926
Dalam menjalankan sosialisasi politik para pemimpin partai nasionalis sebagai elite modern menghadapi masalah bagaimana mencapai terpisah oleh jarak sosial dari rakyat. Berbagai dengan SI (PSI) yang berdasarkan ideologi religius , PNI dan kemudian Partindo atau PNI Baru sebagai organisasi nasionalis sekuler membutuhkan ideologi politik yang non religius. Dalam hal ini lingkungan PNI soekarnolah yang telah banyak memberikan sumbangan konsepsi – konsepsi politik , antara lain konsep marhanisme , sosio – nasionalisme, dan sosio – demokratisnya.
            Menurut pandangan Soekarno jalan untuk menghadapi kolonialisme dengan kapitalisme tidak lain ialah dengan menggerakkan massa yang paling menderita sebagai korban sistem kolonial itu. Maka dari itu , ideologi nasionalisme sewajarnya mencakup aksi massa dari rakyat menjadi sosio – nasionalisme.selanjutnya peningkatan taraf hidup rakyat baru dapat dilaksanakan setelah kolonialisme terhapus; maka dikatakannya bahwa perjuangan antikolonialisme merupakan “jembatan emas” menuju ke alam merdekan dan sejahtera. Perjuangan itu dengan sendirinya menjadi pertentangan ras.Meskipun demikian, Soekarno juga menyatakan bahwa perjuangan melawan kapitalisme perlu dilakukan juga.
            Disamping itu konsep sosio – demokratis diterangkan sebagai sistem kerakyatan , tetapi bukan seperti yang terwujud di Barat sebagai demokrasi parlementer melainkan yang didasarkan suara terbanyak. Meskipun Soekarno tidak asing terhadap ideologi Barat , namun tampak ada usaha menghadaptasikan kepada situasi Indonesia. Sebaliknya , ideologi politik yang dianut PNI Baru merupakan konsepsi Hatta dan Sjahrir yang mengikuti ideologi sosialisme. Berdasarkan analisis mereka, perjuangan kaum nasionalis tidak hanya menentang kapitalisme dan imperialisme barat , tetapi juga golongan feodal dan borjuis indonesia yang yang bekerja sama dengan penguasa kolonial . Dalam perjuangan kelas melawan golongan – golongan itu , kaum nasionalis terlebih dahulu perlu mengusahakan organisasi dan kaderisasi yang mantap.[1]
            Perbedaan – perbedaan isi ideologi kedua pihak sesunggguhnya tidak terlalu prinsipal akan tetapi di sisni yang mencolok adalah perbedaan gaya serta jiwa perjuangan mereka. Soekarno lebih cenderung suatu populalisme , sedang pihak Hatta – Syahrir lebih kearah elitisme. Kedua Pihak sebenarnya sampai akhir aktivitasnya pada tahun 1933 belum berhasil memantapkan partainya sebagai mombilisasi rakyat yang efektif.Pada tahun 1933 usaha kedua pihak terhenti dan belum sampai ke tingkat kelembagaan yang mantap.
2.3  Perkembangan Organisasi-Organisasi Politik dan Gerakan Sesudah Tahun 1926

2.3.1 Sekitar Pendirian PNI (Partai Nasional Indonesia)
Politik kolonial Belanda telah memberikan jalan ke arah organisasi yang bercorak nasional murni dan bersifat radikal. Inisiatif in adalah Ir. Soekarno tahun 1925 mendirikan Aglemeene Studie Club di Bandung. Tahun 1926 setelah terbitnya karya H.O.S Tjokroaminoto tentang islam dan sosialisme, Ir. Soekarno memasukkan unsur kekuatan idiologi ketiga yaitunasionalisme dalam karangan,’ Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”. Ketiga kekuatan itu menjadi landasan pergerakan nasional secara garis besar dan oleh Ir. Soekarno juga dianggap sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat Indonesia. Kemudian disebut sebagai nasakom.Tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Aglemeene Studie Clubmendirikan rapat perserikatan Naional Indonesia sebagai rapat pembetukan partai yang dihadiri oleh Ir. Soekarno, Dr. Tjipto Mangkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokroadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr. Sunario. Pada rapat itu dr. Tjipto tidak setuju dibentuk partai baru namun disarankan menyalurkan nama baru sebab PKI harus ditindas.
PNI mempunyai hubungan erat dengan PI di negeri Belanda, kegelapan didaerah jajahan disoroti oleh gerakan ini dan dimulai terjadi propaganda yang itensif secara lisan dan tulisan. Sasaran pokoknya adalah Indonesia mencapai puncak kemerdekaan dan pembebasan para tahanan Digul. Caranya yaitu memadu semangat kebangsaan menjadi kekuasaan nasional dengan memperdalam  keinsafan rakyat dengan mengarahkan kepergerakan rakyat yang sadar. Jika kemauan nasional cukup tersebar dan masuk mendalamdi hati sanubari rakyat maka disebut sebagai :nationale geest-nationale wil-nationale daad.Anggaran dasar PNI yaitu dengan tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya memperbaiki keadaan poltik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri, antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional dan perkumpulan koperasi-koperasi. Dengan itulah PNI tidak ikut kedalam dewan-dewan yang diadakan oleh pemerintah (sikap nookoperasi). Anggotanya adalah orang Indonesia yang berumur sekurang-kurangnya 18 tahun. Orang Asia bisa menjadi anggotanya namun bagi orang yang luar biasa.
Cita-cita persatuan akhirnya dapat dicapai dalam waktu singkat. Dalam rapat 17-18 Desember 1927 di Bandung, Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesisceh Studieclub, dan Agleemene Studieclub sepakat mendirikan federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).Tanggal 24-26 Maret disusun Program asas dan daftar usaha di Bandung, kemudian disyahkan dalam kongres PNI di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928. Yang mengemukakan bahwa perubahan struktur-struktur masyarakat Belanda abad ke XVI membawa kebutuhan ekonomi baru yang menyebabkan imperialisme Belanda. Oleh sebab itu, Indonesia dijadikan tempat mengambil bahan mentah, pasar hasil Industri, dan tempat penanaman modal. bagi Indonesia ini berarti drainage kekayaan.Hal ini bisa merusak sistem struktur ekonomi, sosial, dan politik Indonesia dan menghalangi usaha dalam memperbaikinya. Syarat utama dalam memperbaiki kembali susunan masyarakat Indonesia ialah kemerdekaan politik. Berarti “berhentinya pemerintah Belanda”. Imperialisme yang terjadi sama nasibnya dengan bangsa-bangsa lain yang dijajah di daerah Asia, kemudian untuk melawan imperialisme maka harus bersatu dalam usaha- usaha untuk melawan kaum imperealisme.Kongres PNI pertama di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928. Tujuannya adalah mengesahkan anggaran dasar, program asas, dan rencana kerja PNI. Kemudian juga memeperkenalkan diri lebih jauh kepada masyarakat. Dengan ketuanya Ir.Soekarno dan Mr. Sartono menjadi Bendahara.Usaha mempersatukan kekuatan diseluruh Indonesia juga bergerak dalam gerakan pemuda. Dalam kongres pemuda kedua di Jakarta tanggal 26-27 Oktober 1928. Pada penutupan kongres tanggal 28 Oktober diucapkan sumpah pemuda. Dalam tahun 1930 semua perkumpulan pemuda Indonesia dipersatukan dalam pemuda Indonesia. Organisasi perempuan juga turut bersatu. Kongres perempuan yang pertama di Yogyakarta tanggal 22-31 Desember 1928 yang berhasil dibentuk federasi yang bernama Perserikatan Perempuan Indonesia(PPI), dan kongres kedua tanggal 28-31 Desember 1930 namanya diubah menjadi (PPPI) Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia.Tindakan PNI berpengaruh didalam masyarakat, yaitu :
·         Kedalam mengadaan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri. Yaitu mengadakan kursus-kursus, mendirikan pendidikan-pendidikan, bank-bank, dsb.
·         Keluar memperkuat publik opinion terhadap tujuan PNI, melalui surat kabar Benteng Priangan, Persatoean Indonesia.
       Tanggal 18-20 Mei 1929 diadakan kongres PNI kedua di Jakarta. Mengambil keputusan:
1.       Bidang Ekonomi/sosial : menyokong perkembangn Bank Nasional Indonesia, mendirikan Koperasi-koperasi (untuk anggota yang terkena sarekat pemerintah), serikat-sarekat kerja, serta mendirikan sekolah dan rumah sakit.
2.       Bidang politik: mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di Negeri Belanda dan menunjuk sebagai wakil PPPKI di luar negeri.
Oleh karena itu diadakan kongres kedua untuk konsolidasi kekuatan. Kepada anggota-anggota diadakan kursus :
1.      Kursus pimpinan biasanya diikuti 10-12 orang. Diadakan di Bandung gurunya Ir. Soekarno, Mr. Ishaq, Mr. Ali Sastroamidjodjo, dan Manadi.
2.      Kursus biasa didaerah-daerah oleh kursus komisi pelajaran diberikan secara sederhana dan mudah dimengerti.
Semua akan diuji dan bila lulus akan menjadi anggota. Pengaruh PNI telah sukses dalam waktu yang singkat, juga berkat filsafat PNI yaitu marhainisme kemudian ditafsirkan sebagai marxisme yang diterapkan dengan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia.Kemajuan PNI telah mengkhawatirkan pemerintah Belanda kemudian memberntuk suatu organsasi yang bernama Vaderlandsche Club Tahun 1929. Agar pemerintah mengabil tindakan tegas untuk PNI. Kemudian tanggal 6 Agustus 1929 mengeluarkan ancaman terhadap PNI, namun PNI tetap menjadi lebih maju. Kekhawatiran pemerintah semakin keras ketika kalangan polisi mendapat pegaruh dari PNI. Sehingga Gubernur melarang polisi menjadi anggoota PNI bulan Oktiber 1929. Begitu juga pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan maklumat sama dan melarang membaca surat kabar dalam perjuangan kemerdekaan.Kemudian pemerintah Belanda melakukan penggeledahan-penggeledahan dan penangkapan-penangkapan. Ir. Soekarno dan kawan-kawan ditangkap oleh polisi di Yogyakarta dan selanjutnya dibawa ke Bandung.Kemudian tanggal 18 Agustus 1930 sampai dengan 29 September 1930 berpidato pembelaan dengan nama “Indonesia Menggugat”. Penangkapan Ir. Soekarno merupakan pukulan yang sangat keras terhadap PNI. Kongres kedua di Jakarta tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk membubarkan PNI karena keadaanya memaksa. Menimbulkan perpecahan dikalangan pendukung PNI. Sehingga masing-masing mendirka partai (Partndo) oleh Mr. Sartono. (PNI-Baru) pendidikan Nasional Indonesia oleh Moh. Hatta dan St Syahrir. Perbedaan dari keduanya yaitu PNI-Baru lebih mengutamakan pendidika politik, dan sosial. Partindo percaya pada organisasi masa adalah senjata tepat untuk mencapai kemerdekaan.
Kedua organisasi ini kemudian tidak berhasil karena gubenurnya yang kolot dan keras oleh Jenderal de jonge yang kemudian ditangkap dan dibuang ke luar jawa.
Algemene Studie Club di Bandung yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Ternyata mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia di Bandung untuk mendirikan suatu partai politik baru yang diberi nama Partai Nasional Indonesia sebagai penjelmaan Algemene Studie Club tersebut pada tanggal 4 Juli 1927. Pemimpin-pemimpin yang mengambil inisiatif mendirikan PNI ini ada sebanyak delapan orang, diantanya lima orang perhimpunan Indonesia. Kedelapan pemimpin tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Ir. Soekarno;
2.    Dr. Tjipto Mangungkusumo;
3.    Ir. Anwari;
4.    Mr. Sartono;
5.    Mr. Iskaq;
6.    Mr. Sunarjo;
7.    Mr Budiarto;
8.    Dr. Samsi.
Asas dari partai politik ini terdiri politik ini terdiri dari (3) asas sebagai berikut:
1.      Menolong diri sendiri (self-Help) yang kini kita kenal dengan istilah Berdikari (artinya memperbaiki keadaanpolitik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatansendiri);
2.      Non-Cooperative (yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah
Belanda);
3.      Marhaenisme, sedangkan tujuannya adalah mencapai Indonesia Merdeka( yakni, mengentaskan massa dari kemiskinan dan kesengsaraan). Program-program PNI sebagai hasil Kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928 adalah  sebagai berikut:
A.    Bidang Politik
1.      Memperkuat perasaan kebangsaan dan persatuan Indonesia;
2.      Menyebarkan pengetahuan tentang sejarah Nasional;
3.      Mempererat hubungan antar bangsa-bangsa di Asia;
4.      Menuntut kemerdekaan pers dan kemerdekaan berserikat.
B.     Bidang Ekonomi
1.    Berusaha mencapai perekonomian Nasional;
2.    Menyokong perdagangan dan perindustrian;
3.    Mendirikan fonds Nasional dan Koperasi.
C.     Bidang Sosial
1.    Memajukan pengajaran Nasional;
2.    Memperbaiki kedudukan Wanita;
3.    Memajukan Serikat Buruh dan Serikat Tani;
4.    Memperbaiki Kesehatan Rakyat;
5.    Menganjurkan Monogami.
Niatan untuk membersihkan organisasi komunis dari golongan Borjuis kecil ( yang sebetulnya lebih bersifat Nasionalistis dari bersifat komunistis) sudah beberapa kali dilakukan di kongres-kongres komunis. Tidak jadinya pembersihan itu adalah didasrkan atas pertimbangan, bahwa mereka tentulah akan ditelan oleh S.I. dan bahwa dengan saringan yang tepat tentulah akan dapat juga orang-orang dari anggota Sarekat Rakyat yang cakap untuk PKI. PNI lahir dengan alat-alat kerohanian yang lengkap. Alat-alat kerohanian itu adalah sebagai berikut :
1.   Nafsu untuk mendapatkan keuntungan sebesarnya yang ada dalam dada bangsa Belanda, itulah yang menjadi sebabnya Indonesia ditaklukkan oleh Netherland. Oleh sebab itu bangsa Belanda itu menjalankan daya upaya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya (dengan jalan monopoli,penyerahan paksa sebagian daripada hasil-hasil, tanaman paksaan, perusahaan partikulir), yang berakibat buruk bagi kehidupan orang Indonesia.
2.   Tujuan yang paling utama dari PNI ialah kemerdekaan Indonesia. Jadi, segala usaha dan tenaga haruslah dilakukan dengan “menghadapi Indonesia Merdeka”.
3.   Jika pembentukan negara dalam negara itu tercapai, maka akan diperoleh pula kemerdekaan dengan tidak melakukan hal yang tidak diinginnkan, melainkan sebagai akibat tekanan batin. Maka barulah dapat dilakukan pembangunan yang sesungguhnya.
4.   Menjunjung dasar non-koperasi, jadi ini bukan terbit dari rasa benci atau putus asa, tetapi sangat perlu, dengan berdasarkan pikiran yang sehat dan harus disertai dengan kerja sendiri.
5.   Meskipun rakyat Indonesia harus bersandar pada tenaga sendiri, tapi perlulah segenap bangsa-bangsa asia bekerja bersama-sama (panaziatisme).
6.   Keadaan bangsa Indonesia sekarang ialah akibat dari Imperialisme barat dan kapitalisme Barat, jadi itulah yang menjadi musuh negeri-negeri jajahan di seluruh Asia dan semua tenaga yang menentang Kapitalisme itu menjadi temannya.
7.   Karena seluruh rakyat Indonesia bekerja pada pembebasan kebangsaannya, tidak bolehlah diperhatikan pangkat dan golongan, kekayaan, laki-laki atau perempuan dan sebagainya. Juga tidak perlu diperhatikan agama, karena  rakyat Indonesia menganut berbagai jenis agama, dihormati, tetapi bukan menjadi cita-cita.
8.   Orang Indonesia sendiri dalam perjuangannya tidak akan mendapat kesenangan, keuntungan, memikul beban belaka, memberikan jiwa raganya kepada dan untuk kebahagiaan bangsanya dimasa yang akan datang.
Supaya dapat menjalankan usaha yang sudah dirancangkan itu (kerjasama yang bersatu-padu dan bersandar pada tenaga ramai dari rakyat), yaitu melenyapkan kekuasaan jajahan dengan cara yang aman. Maka, PNI itu selalu mengusahakan, bukan saja terdapat pengusaha-pengusaha yang cakap untuk pekerjaan itu, tetapi orang yang menjadi anggota PNI itu tidak langsung diterima saja menjadi anggota. Melainkan mereka harus lebih dahulu menamatkan kursus-kursus (yang diberikan komisaris-komisaris daerah). Juga untuk anggota-anggota biasa, diadakan kursus-kursus; kursus-kursus inilah yang menyebabkan mereka itu cakap menyebarkan cita-cita partai kepada rakyat ramai. Pada kongres yang kedua, 18-20 Mei 1929 di Jakarta, PNI akan mengadakan kursus-kursus yang istimewa, untuk mengajarkan sosialisma, anarkhisma, komunisma dan sebagainya, supaya dapat menjunjung “nasionalisme”nya sendiri dengan sadar dan supaya orang dapat memisahkan dari salah satu isma-isma (aliran-aliran) yang lain itu.
Atas pidato Ir. Sokarno di mana-mana, maka PNI dalam waktu singkat maju dengan pesat dan mendapat dukungan dari rakyat Indonesia di seluruh pelosok tanah air, sehingga pemerintah Hindia-Belanda menganggap perlu memberikan peringatan-peringatan kepada pimpinan PNI masing-masing pada:
1.    Tanggal 15 Mei 1928 yaitu pidato Gubernur Jenderal pada pembukaan Volksraad;
2.    Bulan Juli 1929.
Peringatan tersebut terutama oleh Ir. Soekarno tidak dihiraukan dan akhirnya oleh Pemerintah Hindia-Belanda  didesas-desuskan bahwa pada awal 1930, PNI akan mengadakan pemberontakan untuk mencapai Indonesia Merdeka.
Berdasarkan berita provokasi itu, maka Pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 24 Desember 1929 mengadakan penggeledahan dan menangkap 4 orang pemimpin PNI masing-masing:
1.    Ir. Soekarno;
2.    Maskum;
3.    Gatot Mangunpradja;
4.    Supriadinata.
Berdasarkan bukti-bukti menurut pemerintah Hindia-Belanda yang didapatkan pada waktu penggeledahan itu, maka pengadilan (Landraad) di Bandung menajtuhkan hukuman masing –masing pada:
1.          Ir. Soekarno dengan 4 tahun penajara;
2.          Maskun dengan 2 tahun penjara;
3.          Gatot Mangkupradja dengan 1 tahun 8 bulan penjara;
4.          Supriadinata dengan 1 tahun 3 bulan penjara.
Pidato pembebasan Ir. Soekarno di muka Hakim Kolonial itu dikenal dengan judul Indonesia Menggugat. Berdasrkan keputusan yang telah diambil oleh Hakim Kolonial, maka PNI dinyatakan sebagai suatu perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan. Dengan pertimbangan ini,  maka PNI pada bulan April 1931 dibubarkan, tetapi untuk melanjutkan cita-cita PNI itu, Mr. Sartono sebagai pemimpin lama PNI membentuk satu partai baru dengan nama Partai Indonesia (PARTINDO). Pembubaran PNI ini dan pembentukan Partai baru di kalangan para anggotanya ada yang pro dan ada yang anti, sehingga yang tidak setuju pembubaran partai PNI membentuk partai baru  dengan tetap mempertahankan singkatan PNI yaitu dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia di bawah pimpinan Drs.Moh.Hatta dan Sutan Syahrir.

2.3.2        Partindo (Partai Indonesia)
Pada tanggal 29 April 1931 di Jakarta didirikan partai politik baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo). Pada dasarnya,Partindoa adalah PNI dengan nama lain. Para pemimpinnya yakin bahwa cara itu akan mencegah tindakan dari pemerintah menentang Partindo.
Dalam maklumatnya tertanggal 30 April 1931 dalam majalah Persatuan Indonesia dinyatakan bahwa Partindo berdiri di atas dasar nasionalisme,dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun (self help),dan tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia. Dalam mencapai tujuan itu Partindo yang dipimpin oleh Sartono akan mendasarkan pada kekuatan sendiri. Anggota Partindo sebagian besar berasal dari anggota PNI. Pada permulaan bulan Februari 1932 Partindo mempunyai anggota sekitar 3000 orang.
Partindo merupakan organisasi kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh Sartono yang pada saat itu menjabat sebagai ketua PNI-lama menggantikan Soekarno yang di tangkap pemerintah belanda tahun 1929.organisasi ini berdiri pada 30 april 1931 dengan harapan PNI akan bergabung dengan dengan partindo. Tujuan dari partindo adalah untuk mencapai satu Negara kesatuan Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai apabila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu. Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang diusung Ir.Soekarno diterima sebagai cita-cita dari partai ini.Karakteristik perjuangan partai ini adalah non kooperatif.Pada awalnya keputusan Sartono banyak mendapat kecaman dari anggota PNI-lama serta dari golongan yang tidak menyetujui pembubaran PNI.Namu sartono terus bejuang untuk memajukan organisasi partindo ini.
Partindo salah satu organisasi yang banyak diminati pada masanya, hal ini di karenakan adanya Soekarno dalam organisasi ini yang memiliki daya tarik tersendiri di mata masyarakat. Awalnya setelah Soekarno di bebaskan dari penjara suka miskin tahun 1932, ia bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan partindo, tetapi usahanya mengalami kegagalan, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih partindo karena organisasi tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan menawarkan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan agitasinya. Dia mengumumkan keputusannya tersebut pada tanggal 1 agustus 1932.
            Setelah Ir.Soekarno bergabung dalam partai ini membuat partindo perkembangan meningkat pesat.Ir.Soekarno yang menjabat sebagai kepala cabang Bandung melakukan aksi-aksi yang memukau rakyat Indonesia.Dengan pidato-pidatonya yang menyihir membuat propaganda-propaganda partindo tersalurkan dan memikat rakyat Indonesia untuk masuk kedalam partai ini. Terbukti dengan jumlah keanggotaan yang meningkat dari 226 pada bulan agustus 1932 menjadi 3762 pada tahun 1933.
            Pada kongres partindo juli 1933 Ir.Soekarno menjelaskan konsep marhaenisme kepada yang menentang analisa kelas dari PNI pendidikan dan lebih menyukai pejuangan membela rakyat kecil.Pada kongres ini juga Ir.Soekarno sukses menyampaikan konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokratisnya.Kongres-kongres yang selalu dipenuhi peminat ini membuat pemerintah melakukan wanti-wanti dengan melarang pegawai negeri untuk ikut bergabung dengan partai ini dan puncak aksi pengawasan pemerintah ini dengan dibuangnya tokoh yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan partai ini yaitu Ir.Soekarno ke Ende, Flores.
                        Tujuan Pembentukan Partindo
·         Menumpuk semangat mandiri.
·         Perbaikan hubungan dalam masyarakat (social, ekonomi, dll).
·         Pembentukan pemerintah rakyat berdasarkan demokrasi.
·         Mewujudkan Indonesia merdeka melauli hak-hak politik.
·         Untuk mencapai Indonesia merdeka yang mandiri tanpa campur tangan Negara penjajah.
Kegiatan Partindo
Dalam perkembangannya partindo melakukan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan serta membangkitkan rasa Nasionalisme bangsa. Kegiatan itu diantaranya adalah
·         Meliputi kegiatan social dan ekonomi sebagai pusat.
·         Mempersiapkan Indonesia merdeka.
·         Mengadakan rapat dan kongres.
Kemunduran Partindo. Ada beberapa factor yang menyebabkan partindo mengalami kemunduran:
·      Partindo dianggap terlalu radikal oleh pemerintah penjajah.
·      Ditangkapnya kembali Ir.Soekarno pada 1 agustus 1934.
·      Pada tanggal 18 november 1939 Sartono membubarkan partindo meski tanpa dukungan penuh dari anggotanya.
Penyebab Pembubaran Partindo
Partindo dibubarkan pada tahun 1939 oleh sartono tanpa ada dukungan penuh oleh anggotanya, mereka menganggap sartono membubarkan partindo tanpa ada alas an yang jelas. Namun menurut sartono ada beberapa penyebab yang mengharuskan partindo untuk dibubarkan yaitu:
·           PPKI melarang partindo untuk mengadakan rapat yang kemudian menyebabkan partindo keluar dari PPKI.
·           Kegiatan-kegiatan organisasi bersifat Radikal yang menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat dan Partindo tidak bisa berkembang seperti pada umumnya.
Tokoh-Tokoh Partindo :Ir.Soekarno, Sartono, Anwari, Adam Malik, S.K. Trimurti, Oei Tjoe Tat, Moh. Hatta, Gatot Mangkoeprodjo.  Assaat, Siauw Giok Thjan, Wikana, Suwiryo, Amir Sjarifoedin, dan  Yap Thiam Hien.


2.3.3        PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia)
Golongan Merdeka[2] tidak senang melihat pembubaran PNI itu yang kemudian disusul dengan didirikannya Partindo. Mereka tidak tinggal diam,tetapi berusaha untuk mendirikan suatu organisasi sendiri. Mereka selalu berhubungan dengan Mohammad Hatta yang masih berada di Negeri Belanda. Akhirnya pada bulan Desember 1931 di Yogyakarta didirikan organisasi baru bagi mereka dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia (disingkat PNI-Baru)
Jika PNI-Baru dibandingkan dengan Partindo,pada hakikatnya tidak ada perbedaan yang besar. Kedua organisasi tersebut berdiri di atas dasar yang tidak jauh berbeda,yaitu nasionalisme. Tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia yang hendak dicapai dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun (self-help) dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial (nonkooperasi).

2.3.4        Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya merupakan fusi (gabungan) dari Budi Utomo danPersatuan Bangsa Indonesia (PBI). Penggabungan dua organisasi ini dilaksanakanpada kongresnya di Surakarta tanggal 25 Desember 1935.Tujuan Partai Indonesia Raya adalah untuk mencapai Indonesia mulia dansempurna, dengan dasar nasionalisme Indonesia. Taktik perjuangannya adalahkooperasi. Oleh karena itu, Parindra mempunyai wakilnya diVolksraad untuk membela kepentingan rakyat. Selainperjuangan melalui volksraad Parindra juga melakukanbeberapa usaha, antara lain sebagai berikut : 1) Di bidang pertanian dengan mendirikan PerhimpunanRukun Tani untuk membantu kehidupan petani danmendirikan Bank Nasional Indonesia. 2) Di bidang pelayaran dengan membentuk RukunPelayaran Indonesia.Kepengurusan Parindra. Pada awal terbentuknya organisasiini adalah Dr. Sutomo sebagai ketua dan Wuryaningrat sebagai wakil ketua.Sedangkan Kepala Departemen Politik dalam Pengurus besar Parindra adalahMuhammad Husni Thamrin
Partai Indonesia Raya atau Parindra adalah suatu partaipolitik yang berdasarkan nasionalisme Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan Indonesia Merdeka). Parindra menganut azas cooperatie alias bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang tertentu. Parindra berdiri pada tanggal 26 Desember 1935 di kota Solo, Parindra merupakan fusi (gabungan) antara Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).Tokoh tokoh Parindra adalah dr. Sutomo, Moh. Husni Tamrin, R Panji Suroso, R. Sukarji Wiryopranoto, Mr Susanto. Taktik dan asas perjuangannya adalah kooperatif.
Tujuan Parindra adalah “ Mencapai indonesia Raya” dengan jalan :
1.      memperkokoh persatuan dan kesatuam bangsa
2.      menjalankan aksi polotok untuk mencapai pemerintahan yang demokratis
3.      memajukan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia.
Parindra berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani, menyusun serikatpekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin), menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah.
Kegiatan Parindra ini mendapat semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, van Starkenborg, yang menggantikan de Jonge pada tahun 1936. Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan de Jonge, menjadi beambtenstaat(negara pegawai) yang memberi konsensi yang lebih baik kepada organisasi-organisasi yang kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda.
Pada tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600 orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang. Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan Mei1941 (menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota sebanyak 19.500 orang.Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938, kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad Hoesni Thamrin (MHT), seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan Jepang sehingga ia memainkan kartu Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad.
Karena aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9 Februari1941, rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda) ketika ia sedang terkena penyakit malaria, selang dua hari kemudian Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir.
Salah satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan kanannya. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut Surya Wirawan (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi dengan negara Jepang.
Dengan demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942 sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan.

2.3.5Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Pertengahan Mei 1937 di Jakarta dibentuk partai gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Dengan ketuanya Adnan Kapau Gani. Asas Gerindo yaitu kebangsaan,kerakyatan. Didasarkan atas satu darah satu keturunan. Asas kerakyatan dari gerindo adalah demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat.Jalan untuk mencapai tujuan, yaitu dengan cara:
1.      Membimbing rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan, ekonomi dan sosial.
2.      Menyusun kekuatan rakyat diluar dan didalam rakyat-rakyat ketika didalam dewa-dewan.
Gerindo mengutamakan bidang politknnya. Organisasi ini mendapat dukungan dan partisipasi dari mantan anggota partindo. Sehingga kolonial mencoba menghangatkannya dengan cara membubarkan rapat pendirian cabang gerindo. Sedangkan politiknya ditunjukkan terhadap petisi Sutarjo menuju konferensi imperiaslisme ketika hak Belanda dan Indonesia mempunyai kedudukan yang sama di Indonesia.

2.3.6 GAPI (GABUNGAN POLITIK INDONESIA)
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu organisasi payung dari partai-partai dan organisasi-organisasi politik. GAPI berdiri pada tanggal 21 Mei1939 di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta.Walaupun tergabung dalam GAPI, masing-masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah.
Gabungan politik Indonesia (GAPI) adalah organisasi yang berdiri dengan latar belakang penolakan “Petisi Sutarjo” oleh pemerintah Belanda. Petisi Sutarjo adalah petisi yang berisi tuntutan kepada pemerintah Belanda agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri, alas an pemerintah Belanda menolak petisi tersebut adalah  Indonesia belum tiba waktunya untuk  memiliki pemerintahan sendiri.
GAPI berdiri tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta dan merupakan fusi dari Parindra, Gerindo,Pasundan,Persatuan Minahasa, Partai Sarekat Islam Indonesia dan PNI baru. Tokoh tokoh GAPI yang terkenal adalah Moh.Husni Tamrin,Amir Syarifudin dan Abikusno.
Hal hal yang diperjuangkan GAPI antara lain adalah :
1.      memperjuangkan pemakaian bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad
2.      penghapusan diskriminasi
3.      perubahan kata inlander menjadi orang Indonesia
                   Di dalam anggaran dasar di terangkan bahwa GAPI berdasar kepada:
1.    Hak untuk menentukan diri sendiri
2.    Persatuan nasional dari seluruh, bangsa Indonesia dengan berdasarkan kerakyatan dalam paham politik, ekonomi dan sosial.
3.    Persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia

2.3.7 PERGERAKAN SAREKAT SEKERJA
Ø Tahun1926: PVH (Persatuan Vakbond Hindia) berakhir akibat dari kegagalan aksi politik PKI yang disusul penangkapan besar-besaran terhadap aktivis RV.
Ø 1930: Serikat Kaum Buruh Indonesia (SKBI) dibubarkan oleh pemerintah kolonial, dicurigai turut aktif dalam kegiatan perjuangan kebangsaan.
Ø 1932: Lahir dua organisasi Serikat Pekerja, yaitu Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN) dan Persatuan Serikat Pekerja Indonesia (PSPI), yang didirikan oleh dr. Soetomo.
Ø 1937: Direktur Intemasional Labour Organization (ILO), Harold B. Butle berkunjung ke Indonesia pada bulan Oktober untuk memperoleh informasi tentang perkembangan kehidupan perburuhan di Indonesia yang akan dijadikan bahan laporan dalam Konfrensi ILO.
Ø 1938: Lahir gerakan politik yang bekerja sama dengan gerakan serikat pekerja untuk bersama-sama melindungi dan membebaskan hak-hak dan kepentingan pekerja, memberantas pengangguran, mengantisipasi tantangan industrialisasi yang menggusur lapangan usaha kerajinan rakyat.
Ø 1940: Pemerintah kolonial mengeluarkan Ordonansi Regeling Arberdsverhouding (ORA), suatu peraturan yang mengatur tentang jaminan dan perlindungan kaum pekerja di perusahaan-perusahan swasta (partikelir).

2.3.8 PERGERAKAN KEAGAMAAN
A.    Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Asasnya adalah Islam. Kegiatannya bersifat nonpolitik dan lebih menitikberatkan bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
Tujuan Muhammadiyah:
1) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam serta mengamalkannya dalam masyarakat
2) Meluaskan pendidikan Islam secara modern
3) Menghilangkan tradisi atau adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Al Qur'an dan Al Hadits
4) Memajukan pemahaman ilmu agama Islam antara para anggota
Tahun 1932, Muhammadiyah mengadakan kongresnya yang ke 21 di Makassar, lalu kongres yang ke 22 diadakan di Semarang tahun 1933, dan seterusnya.
B.     Nahdlatul Ulama (NU)
NU adalah organisasi yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asyari dari Pesantren Tebu Ireng pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini bersifat nonpolitik dan memusatkan kegiatannya pada bidang agama, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuannya: mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat Islam berdasarkan Madzab Syafi'i. Pada tahun 1946 NU menjadi partai politik yang berasaskan Islam.
C.     Pergerakan Tarbiyah Islamiah (Perti)
Perti merupakan organisasi yang didirikan oleh Syeh Sulaiman ar-Rushi pada tahun 1928 di Minangkabau. Tujuannya: meningkatkan kecerdasan dan persatuan umat Islam. Usaha Perti dipusatkan pada bidang pendidikan.
D.    Majelis Islam AlaIndonesia(MIAI).
MIAI didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Organisasi ini merupakan gabungan dari Muhammadiyah, NU, PSII, PII, Al Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia, Al Washiliyah, Al Islam, dan Parmusi. Pengurus MIAI adalah KH. A. Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansyur, Wondoamiseno, Sukirman, dan Sastrodiwiryo.
E.     Organisasi keagamaan yang lain adalah Al Irsyad yang didirikan di Jakarta oleh Syekh Ahrriad Surkati pada bulan September 1913, Sumatera Thawalib (1918) di Minangkabau dan Pemuda Muslimin Indonesia. Organisasi-organisasi keagamaan di luar Islam antara lain: Persatuan Pemuda Kristen dan Persatuan Pemuda Khatolik.

2.3.9 PERGERAKAN KEWANITAAN
Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama. Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan gabungan antara berbagai perkumpulan wanita yang ada.

Dalam kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:
(a) memberi penerangan dann perantaraan kepada kaum perempuan, akan mendirikan studie fond untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu;
(b) mengadakan kursus-kursus kesehatan;
(c) menentang perkawinan anak-anak;
(d) memajukan kepanduan untuk organisasi-organisasi wanita tersebut di atas, pada umumnya tidak mencampuri urusan politik dan berjuang dengan haluan kooperatif.

2.4              Dampak Penahanan Pemimpin
Dampak masa Soekarno meringkuk di Penjara Sukamiskin ,beberapa pihak mencoba mengatasi situasi dengan berbagai jalan yang sudah tentu cocok dengan cita – cita serta kepentingan masing – masing .Mengingat keanekaragaman haluan dan strategi politik , maka reaksi – reaksi yang bermacam – macam itu menciptakan situasi politik yang sangat kompleks. Ketegangan dan konflik terjadi secara bertubi – tubi , suatu proses yang hanya membuat perpecahan menjadi bertambah parah .Apakah Soenario yang penuh konflik itu memang telah dibayangkan oleh pemerintahan HB yang lazim di gambarkan terampil dalam menjalankan politik De Vide et impera hal itu tidak diketahui . Yang jelas ialah untuk mencegah terulangnya huru – hara tahun 1926 , sekaligus memperlemah kedudukan PNI , dan rupanya sama sekali tidak untuk menumpas organisasi nasional.
            Sartono dengan pandangan yang legalistik segera menginstruksikan agar semua kegiatan cabang sementara waktu dihentikan, bahkan berusaha untuk membubarkan PNI serta kemudian mendirikan partai baru. Tindakannya itu dimaksudkan agar dengan identitas baru organisasi baru tidak menjadi sasaran dan buronan penguasa.Sikap seperti itu dikritik secara pedas oleh Moh.Hatta yang mengatakan bahwa PNI telah bunuh diri sebelum berhadapan dengan lawannya. PNI yang menjalankan politik elitis gagal dalam memobilisasikan massa. Dengan mengambil sikap tersebut PNI telah kehilangan kewibwaannya dikalangan rakyat pada umumnya,di antara para anggota khususnya.
Ada sekelompok anggota PNI yang tidak mau mengikuti haluan Sartono ; mereka mendirikan studiedclubdi beberapa tempat antara lain di Batavia , Bandung , Semarang , Surabaya, Malang, dan Palembang. Kemudian mereka mendirikan sendiri Golongan Merdeka , yang kemudian lebih terkenal sebagai PNI Baru.
            Seperti telah diuraikan di atas Soetomo mengambil mengambil kesempatan untuk melaksanakan cita – cita nya , yaitu mendirikan organisasi tersendirinya dengan gaya dan isi yang berbeda dari PNI dengan politik agitasinya . PBI didirkan lebih dari PNI dengan politik agitasinya . PBI didirikan lebih cenderung untuk bergaya sebagai aktivitas sosial – ekonomis.
            Menurut pandangan Moh. Hatta kesimpangan siuran dan kekacauan di kalangan kaum nasionalis adalah adanya manifesti krisis ideologi. Sesungguhnya meskipun gaya nya berbeda – beda , isi perjuangan kaum nasionalis seharusnya sama , sehingga banyak konflik dapat diatasi. Di sinilah sebenarnya letaknya persatuan dan tidak seperti yang dikonsepsikan Soekarno tentang hakikat organisasi di PPPKN tersebut di atas.Seperti apa yang kemudian terhimpun dengan nama PNI Baru atau Pendidikan Naional Indonesia ,ialah bahawa ideologi politik harus berdasarkan kebangsaan dan kerakyatan (nasionalisme dan demokrasi).

2.5 Masalah Persatuan
Salah satu isu yang berpengaruh terhadap penggalangan persatuan di antara organisasi – organisasi pergerakan nasional pada tahun tiga puluhan ialah sekitar konsepsi persaruan itu sendiri. Dalam hal ini yang menonjol adalah perdebatan dan pertentangan pendapat antara Patrindo dan PNI Baru atau yang umum di gambarkan sebagai pertentangan antara golongan Soekarno dan Hatta. Seperti yang telah disinggung di atas sejak awal perkembangan PPPKI telah di lancarkan kritik tajam oleh Hatta mengenai PPPKI sebagai bentuk persatuan , seperti yang di konsepsikan oleh Soekarno, yaitu pengintegrasian berbagai organisasi dalam satu wadah atau lembaga.
            Dalam konsepsi persatuan seperti yang tidak diperhitungkan adanya pelbagai unsur yang mewakili golongan ,aliran,kepentingan, ataupun kelas sosial yang beraneka ragam.Persatuan yang terwujud menurut Hatta adalah lancung oleh karena menurut analisisnya dengan perspektif sosialis terkandung di dalamnnya kontradiksi dan konflik kepentingan, lagi pula ideologi – ideologi yang bertolak belakang satu sama lain. Tambahan pula prinsip demokrasi tidak dapat dilaksanakan dengan prinsip mufakat.Di samping itu di belakang perdebatan itu tampak lagi perdebatan titik pendirian ideologis ; Soekarno dengan antikolonialismenya sebagai konfrontasi rasial dan Hatta dengan sosialismenya dengan perjuangan kelas melawan kapitalisme.

2.6 Berakhirnya Masa Nonkooperasi
            Periode antara awal 1933 sampai pertengahan 1933 tidak hanya di tandai oleh perpecahan gerakan nasionalis serta kegagalan usaha pengintegrasian organisasi – organisasi nasionalis , tetapi juga oleh aksi politik yang semakin meningkatkan terutama sebagai dampak politik agitasi yang di jalankan Soekarno. Disini dijumpai kekuatan – kekuatan sosial yang anatgonistik sehingga gerakan nasionalis sebagai totalitas menjadi kontra produktif,bahkan dalam rangka kondisi ekonomis serta situasi politik menuju ke perbenturan kekuatan nasionalis dengan nasionalis dengan kekuasaan kolonial.
            Dalam suasana yang semakin panas dapat diduga bahwa penguasa sudah siap untuk bertindak tindakan pertama ialah pemberangusan surat kabar Fikiran Rakyat pada tanggal 19 Juli 1933 yang memuat sebuah cartoon. Pada tanggal 1 Agustus semua rapat Partindo dan PNI baru dilarang dan hari itu juga Soekarno ditahan. Sehari kemudian dikeluarkan larangan bagi semua pegawai negeri masuk menjadi anggota partai tersebut.Tindakan – tindakan itu kesemuanya dilegitimasikan oleh pemerintahan HB semata – mata untuk menjamin rust en orde dan dilandaskan pada artikel 153 bis dan ter.
            Pembuangan Soekarno ke Digul diperkirakan membawa resiko karena dapat mempengaruhi bekas anggota PKI yang dalam jumlah besae ada di sana. Akhirnya dipilih  Flores sebagai tempat pembunagan.Soekarno diberangkat kan pada Februari 1984.

2.7Peristiwa-Peristiwa  Penting
            2.7.1 Sumpah Pemuda         
Pemuda-pemuda Indonesia yang tadinya terpecah-pecah menyadari perlunya suatu organisasi Pemuda Indonesia yang seazas, suatu kesatuan agar dapat menyatukan kekuatan mereka guna mencapai cita-citanya. Usaha-usaha  kearah itu berturut-turut diadakAn sebagai berikut :
a.       Pertemuan tanggal 15 Agustus 1926 di Jakarta yang dihadiri antara lain oleh wakil-wakil:
1.    Yong Java;
2.    Yong Sumatra;
3.    Sekar Rukun;
4.    Yong Batak;
5.    Yong Minahasa;
6.    Vereniging Voor Ambonsche Strudeerenden
7.    Komite Kongres 1 Pemuda;
8.    Yong Islamieten Bond, Cabang Jakarta.
Hasilnya anatara lain penyatuan belum mendapatkan kebulatan.
b.      Pertemuan tangal 20 Februari 1927 di  Jakarta yang dihadiri antara lain:
1.    Yong Java;
2.    Yong Sumatra;
3.    Sekar Rukun;
4.    Yong Batakse Bond;
5.    Yong Islamieten Bond,
6.    Yong Minahasa;
7.    Yong Ambon.
Hasil pertemuan kali ini juga belum mencapai kebulatan untuk berfungsi sebagaimana diajukan dalam program kerja Jong Java.
c.       Pertemuan tangal 23 April 1927  yang dihadiri antara lain oleh wakil-wakil :
1.        Yong Sumatranen Bond;
2.        Yong Java;
3.        Yong Batak;
4.        Yong Ambon.
5.        Yong Minahasa;
6.        Yong Indonesia;
7.        Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia.
Hasil untuk menyatukan mereka juga belum didapatkan kebulatan, akan tetapi walaupun demikian sudah lebih maju, karena sudah dapat meletakkan dasar untuk melancarkan usaha selanjutnya. Dasar yang dicapai dan telah menjadi keputusan anatara mereka adalah :
1.      Indonesia merdeka harus menjadi idea segala anak Indonesia.
2.      Segala perserikatan pemuda harus berupaya-upaya menuju mempersatukan diri dalam satu perkumpulan.
d.      Akhirnya tanggal 26 sampai 28 Oktober 1928 atas inisiatif Perhimpunan Pelajar Indonesia, Pemuda Indoensia mengadakan kongresnya lagi yang ke 2 di Jakarta yang dihadiri oleh wakil-wakil sebagai berikut :
1.    Pemuda Sumatera;
2.    Pemuda Indoensia;
3.    Yong Bataksche Bond;
4.    Sekar Rukun;
5.    Pemuda Kaum Betawi;
6.    Yong Islamiten Bond;
7.    Yong Java;
8.    Yong Ambon;
9.    Yong Celebes
10.      Dan lain-lain.
Utusan Kongres datang dari berbagai pelosok tanah air. Pemimpin pemuda yang ikut memelopori Kongres Pemuda ini antara lain:
1.      Rusmali
2.      Yusupadi
3.      Mokoginta
4.      Moh. Yamin
5.      A.K Gani
6.      Sudiman
7.      Moh. Tamzil
8.      Mr. Wongsonegoro (Mr. Sunardi Jokodipuro)
9.      Kaca Sungkono
10.  Sugandi.
Kongres ke-2 Pemuda-pemuda Indonesia ini diketuai oleh Sugandi dan sebagai sekretaris adalah Kaca Sungkono.
Acara Pokok adalah “Masalah persatuan dalam organisasi Pemuda”. Para peserta kongres dengan hangat memperdebatkan masalah ini sesuai dengan semangat muda mereka, tetapi juga dengan toleransi yang membuktikan bahwa semangat persatuan menjiwai seluruh jalannya kongres. Ide-ide dari utusan umumnya dapat disimpulkan yakni: mencari Indonesia Merdeka dan Mengusir Kolonialisme Belanda.
Akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 Kongres pada sidang terakhir dengan penuh kesungguhan dan kekhidmatan pemuda-pemuda itu menyatakan sumpahnya bahwa mereka berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu. Lengkap berbunyi sebagai berikut:
1.      Kita putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
2.      Kita putra dan putri Indoensia mengaku bertanah air satu, tumpah dara Indonesia.
3.      Kita putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Sebagai peryataan akan kebanggaan pemuda-pemuda sebagai patriot muda yang bertanggung jawab untuk memulikan nusa dan bangsa dalam kongres itu dinyanyikan untuk pertama kalinya di muka umum lagu Indoensia Raya, yang selanjutnya menjadi lagu kebangsaan dan dikibarkan pula bendera Sang Merah Putih.Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” ini diciptakan oleh seorang komponis muda Wage Rudolf Supratman, yang ketika itu baru mencapai umur 25 tahun.







Bab 3. Kesimpulan

3.1              Kesimpulan
·         sejak awal melancarkan perjuangan politik dengan gaya baru telah terkandung benih-benih faksionalisme secara konflik intern sehingga prinsip persatuan menghadapi hambatan yang besar.
·         Menurut pandangan Soekarno jalan untuk menghadapi kolonialisme dengan kapitalisme tidak lain ialah dengan menggerakkan massa yang paling menderita sebagai korban sistem kolonial itu. Maka dari itu , ideologi nasionalisme sewajarnya mencakup aksi massa dari rakyat menjadi sosio – nasionalisme.selanjutnya peningkatan taraf hidup rakyat baru dapat dilaksanakan setelah kolonialisme terhapus; maka dikatakannya bahwa perjuangan antikolonialisme merupakan “jembatan emas” menuju ke alam merdekan dan sejahtera.
·         Perkembangan-perkembangan organisasi baru dan gerakan sesudah tahun 1926 ini banyak munculnya organisasi-organisasi baru yang mendirikan organisasi sendiri. Organisasi-organisasi baru yang tidak berjauh beda tujuan yang hendak dicapainya. Tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia yang hendak dicapai dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun (self-help) dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial (nonkooperasi). Organisasi yang muncul pada sesudah tahun 1926-1942 adalah PNI,Partindo,PNI-Baru,Parindra,Gerindo.
·         Dampak masa Soekarno meringkuk di Penjara Sukamiskin ,beberapa pihak mencoba mengatasi situasi dengan berbagai jalan yang sudah tentu cocok dengan cita – cita serta kepentingan masing – masing .Mengingat keanekaragaman haluan dan strategi politik , maka reaksi – reaksi yang bermacam – macam itu menciptakan situasi politik yang sangat kompleks. Ketegangan dan konflik terjadi secara bertubi – tubi , suatu proses yang hanya membuat perpecahan menjadi bertambah parah .

·         Pengaruh terhadap penggalangan persatuan di antara organisasi – organisasi pergerakan nasional yang menonjol adalah perdebatan dan pertentangan pendapat antara Patrindo dan PNI Baru atau yang umum di gambarkan sebagai pertentangan antara golongan Soekarno dan Hatta. Seperti yang telah disinggung di atas sejak awal perkembangan PPPKI telah di lancarkan kritik tajam oleh Hatta mengenai PPPKI sebagai bentuk persatuan , seperti yang di konsepsikan oleh Soekarno, yaitu pengintegrasian berbagai organisasi dalam satu wadah atau lembaga.
·         Awal 1933 sampai pertengahan 1933 tidak hanya di tandai oleh perpecahan gerakan nasionalis serta kegagalan usaha pengintegrasian organisasi – organisasi nasionalis , tetapi juga oleh aksi politik yang semakin meningkatkan terutama sebagai dampak politik agitasi yang di jalankan Soekarno. Pada tanggal 1 Agustus semua rapat Partindo dan PNI baru dilarang dan hari itu juga Soekarno ditahan. Sehari kemudian dikeluarkan larangan bagi semua pegawai negeri masuk menjadi anggota partai tersebut.














Daftar Pustaka

Kartodirjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poesponegoro, marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V, zaman kebangkitan nasional dan masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.


[1]J.Ingleson , op.cit, hlm 192-193
[2][2][2] “Golongan Merdeka” adalah anggota PNI yang tidak mengiraukan seruan ketua PNI Sartono dan mereka tetap giat bekerja seperti biasa. Mereka mengadakan klub-klub studi di berbagai tempat,mempelajarai soal soal mengenai rakyat,dan tetap mengobar-ngobarkan semangat rakyat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS