Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dasawarsa
ketiga abad ke-20 bagi indonesia merupakan priode mbilisasi politik masa yang
bercorak radikal serta penuh kekerasan. Kalau mobilisasi massa yang dijalankan
oleh SI pada ltahun-tahun awal eksistensinya lebih dijiwai oleh revivalisme
agama sehingga oleh PKI lebih diarahkan kesuatu revolusi sebagai pemenuhan
dokrin Marxisme dengan perjuangan kelas yang terkenal itu. Pada masa itu memang
jelas kecendrungan struktur tampak memberi angn kepada gerakan komunis , tidak
lain karena kalau ada satu pihak pada ada pertumbuhan ekonomi perkebunan luar
biasa maka pada pihak lain kehidupan rakyat kecil semakin merana.disini masalah
eksploatasi dengan jelas dapat ditonjolkan sehingga mudah mendorong kearah aksi
penuh kekerasan.meskipun dibeberapa tempatmobilisasi rakyat berhasil namun
sifatnya tetap merupakan segmentasi dan terisolasi satu sama lain sehingga
dengan mudah dapat ditindas oleh penguasa kolonial.
Kecuali
kejutan politik, rupanya dampak pemberontakan PKI tahun 1926 itu tidak banyak
artinya. Dikalangan kaum moderat dari pergerakan nasional timbul sikap mencela
tindakan keras itu, sedang dikalangan kaum nasional berhaluan radikal
diusahankan mencari alternatif bentuk perjuangan yang lain dalam menghadapi
kolonialisme yang semakin gigih dipertahankan oleh Belanda seperti yang
disuarakan oleh Colijn dan Treub. Dalam rangka mencari alternatif itu beberapa
konsiderasi histori menujukan orientasi politik yang jelas, yaitu : (1)
garis-garis pokok manifestor politik PI memberi pegangan yang fundamental; (2)
secara berturut- turut para anggota PI pullang ke indonesia (3) munculnya
kepemimpinan kaum inteligensi bukan anggota PI; (4) mobilisasi rakyat telah
mengarah ke sesuatu momentum sehingga perlu diteruskan dengan kepemimpinan
baru; (5) tampuk pimpinan kekuasaan kolonial yang dipegang Gubernur Jenderal de
Greaff masih memberi ruang gerak politik bagi kegiatan kaum nasionalis.
Dipandang dalam konteks itu maka
pembentukan PNI (Partai Nasional Indonesia)merupakan jawaban tepat terhadap
tantangan zaman serta yang optimal dapat diusahakan untuk memakai sumberdaya
yang tersedia. Secara eksplisit dinyatakan bahwa didalam PNI pada umumnnya
dipakai sebagai pokok-pokok asas tujuan. Meskipun para pendiri tidak menerima
ide PI secara keseluruhannya dengan alasan bahwa organisasi politik di
indonesia perlu mengadakan penyesuaian terhadap lingkungan sosialnya yang nyata
sekaliberbeda dengan lingkungan di Negeri Belanda. Itulah pula sebabnya mengapa
konsep serikat rakyat nasional indonesia (SRNI) seperti yang diajukan oleh
Soedjadi senagai perantara PI di indonesia tidak dapat diterima. PNI mempunyai
pendukung-pendukung seperti Sartono, Soekarno, Soenarjo. Iwa Kusumasumantri,
Ali Sastroamidjojo, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan lain-lain. Berbeda dengan
PI, PNI tidak menegaskan perjuangan kelas tetapi lebih menekankan perjungan
melawan kolonialisme; jadi, lebih merupakan perjuangan rasial. Jiwa
populistisnya kemudian lebih dikenal sebagai marhaenisme.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaiamana
gaya baru dalam pergerakan nasional sesudah tahun 1926?
2) Bagaimana
bentuk ideologi politik sesudah tahun 1926?
3) Bagaiman
perkembangan organisasi politik dan gerakan sesudah tahun 1926?
4) Apa
saja dampak penahanan pemimpin?
5) Bagaimana
masalah persatuan pada tahun sesudah 1926?
6) Bagaiaman
berakhirnya masa nonkooperasi?
1.3 Tujuan
1) Untuk
mengetahui gaya baru dalam pergerakan nasional sesudah tahun 1926;
2) Untuk
mengetahui bentuk ideologi politik sesudah tahun 1926;
3) Untu
mengetahui perkembangan organisasi politik dan gerakan sesudah tahun 1926;
4) Untuk
mengetahui dampak penahanan pemimpin;
5) Untuk
mengetahui masalah persatuan pada tahun sesudah 1926;
6) Untuk
mengetahui berakhirnya masa nonkooperasi.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah
Makalah ini disusun
dengan harapan memberikan manfaat baik berupa tambahan informasi pengetahuan serta wawasan kepada
pembaca tentang perkembangan politik dan pertumbuhan organisasi politik sesudah
tahun 1926-1942, dan juga semoga memberikan manfaat bagi penulis sendiri.
Bab 2. Pembahasan
2.1 Gaya Baru dalam
Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926
Suatu
dampak yang menonjol dari politik konserfatif Gubernur Jendral Fock ialah
pergerakan Nasional menempuh jalan makin radikal dalam memperjuangkan tujuannya
yang semakin berubah menjadi politik murni lokasi sosial golongan yang mendukung
suatu organisasi pergerakan akan sangat menentukan derajat radikalismenya.
Kalau ternyata PKI menyediakan suatu alternatif yang kemudian menemui
kegagalan, kaum inteligensi sejak pertengahan tahun 20-an berusaha membentuk
organiasi politik berdasarkan prinsip-prinsip seperti yang telah di gariskan
oleh PI. Manivestro politiknya sebagai hasil pemikiran dikalangan PI dapat
dipandang sebagai ekspresi jiwa nasionalisme yang telah mengalami pemekaran
sepenuhnya. Sesuai dengan kedudukannya, kaum inteligensi telah mengadakan
interpretasi yang tepat mengenai situasi sosial-politik di indonesia dalam
tahun 1920-an itu serta secara tepat pula merumuskan diaknosis sosial untuk
dapat mengatasi permasalahannya. Pandangan Piyang bersifat gelobal dapat
menunjukan pokok-pokok hakiki dalam situasi kolonial, dan oleh karenanya
prinsip- prinsip demokrasi swadaya, dan persatuan merupakan soko guru pergerkan nasional dimasa-masa
kemudian. Idialisme politik yang berkembang mencerminkan lokasi sosial historis
para pendukungnya yang mengandung antara lain faktor-faktor seperti : (1)
suasana politik bebas di negeri belanda dengan kebebasan berkumpul dan
berbicara; (2) para anggota PI sebagai mahasiswa pada umumnya tidak mempunyai
ikatan dengan kepentingan tertentu (uncommitted); (3) solidaritas antareknik
mudah terpupuk, lebih-lebih dikalangan kecilsesama golongan akademik.meskipun
manivestro politik tersebut memberi orientasi tujuan yang jelas bagi perjuangan
politik dengan indonesia serta sebagai idealisme sangat meningkatkan aspirasinya,
namun dalam kehidupan politik prektis di indonesia sering dirasakan kurang
sesuai dengan situasi sebenarnya, dan ada kalanya disambut dengan kritik tajaum
sebagai hal yang tidak realistis, lagi pula terlalu lepas dari rakyat.
Ada
faktor lain yang menimnbulkan degaan bahwa konsepsi PI tidak dapat begitu saja
diterima dan dipraktekan di indonesia, ialah adanya kecurigaan dari pihak
belanda bahwa konsep PI itu sebenarnya berasal dari konsepsi Semaoen. Bantahan
Moh.hatta mengenai tuduhan itu tidak berdaya menghilangkan kecurigaan itu.
Disamping
itu muncul lah kontroversi besar antara konsepsi Hatta-Sejahrir dengan konsepsi
Soekarno. Yaitu pihak pertama mengarahkan pihak politik sebagai pelaksanaan
melawan kapitalisme sebagai biang kladi kolonialisme Belanda, sedang pihak
kedua lebih mengarah pada konfrontasi “froncokelat” (bruine front) melawan “front putih” (whitte front). Tambahan pula
pihak pertama menghendaki pendidikan kader sebelum memobilisasi rakyat, sedang
yang kedua langsung mengutamakan mobilisasi rakyat. Kontrofersi ini akan
mengakibatkan keretakan serta perpecahan dikalangan intelegensi sebagai
pemimpin pergerakan nasional.
Dengan
demikian, sejak awal melancarkan perjuangan politik dengan gaya baru telah
terkandung benih-benih faksionalisme secara konflik intern sehingga prinsip
persatuan menghadapi hambatan yang besar. Tambahan pula dilancarkan kritik
tajam dari PSI, khususnya kelompok H.A. Salim yang mencap gerakan PI bersikap
terlalu negatif, ialah merangsang perasaan anti Belanda, sedangkan sebaliknya
sama sekali tidak ada kesediaan berkorban untuk rakyat. Kecuali itu kaum
itelegensi itu sudah terasing dari rakyatnya sendiri.
Dirasakan
oleh H.A. Salim bahwa perkembangan gerakan nasionalis di luar PSI akan semakin
meningkatkan gerakan skuler, suatu kecendrungan yang pasti semakin merongrong
PSI yang telah mengalami kemunduran itu jelaslah pula bahwa gerakan SI (PSI)
telah kehilangan momentum, dan tahun 1920-an ditandai oleh nasionalisme
indonesia yang tidak lagi bernaung dibawah panji-panji islam secara sepenuhnya.
2.2 Bentuk Ideologi
Politik Masa Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926
Dalam
menjalankan sosialisasi politik para pemimpin partai nasionalis sebagai elite
modern menghadapi masalah bagaimana mencapai terpisah oleh jarak sosial dari
rakyat. Berbagai dengan SI (PSI) yang berdasarkan ideologi religius , PNI dan
kemudian Partindo atau PNI Baru sebagai organisasi nasionalis sekuler
membutuhkan ideologi politik yang non religius. Dalam hal ini lingkungan PNI
soekarnolah yang telah banyak memberikan sumbangan konsepsi – konsepsi politik
, antara lain konsep marhanisme , sosio – nasionalisme, dan sosio –
demokratisnya.
Menurut pandangan Soekarno jalan
untuk menghadapi kolonialisme dengan kapitalisme tidak lain ialah dengan
menggerakkan massa yang paling menderita sebagai korban sistem kolonial itu.
Maka dari itu , ideologi nasionalisme sewajarnya mencakup aksi massa dari
rakyat menjadi sosio – nasionalisme.selanjutnya peningkatan taraf hidup rakyat
baru dapat dilaksanakan setelah kolonialisme terhapus; maka dikatakannya bahwa
perjuangan antikolonialisme merupakan “jembatan emas” menuju ke alam merdekan
dan sejahtera. Perjuangan itu dengan sendirinya menjadi pertentangan
ras.Meskipun demikian, Soekarno juga menyatakan bahwa perjuangan melawan
kapitalisme perlu dilakukan juga.
Disamping itu konsep sosio –
demokratis diterangkan sebagai sistem kerakyatan , tetapi bukan seperti yang
terwujud di Barat sebagai demokrasi parlementer melainkan yang didasarkan suara
terbanyak. Meskipun Soekarno tidak asing terhadap ideologi Barat , namun tampak
ada usaha menghadaptasikan kepada situasi Indonesia. Sebaliknya , ideologi
politik yang dianut PNI Baru merupakan konsepsi Hatta dan Sjahrir yang
mengikuti ideologi sosialisme. Berdasarkan analisis mereka, perjuangan kaum
nasionalis tidak hanya menentang kapitalisme dan imperialisme barat , tetapi
juga golongan feodal dan borjuis indonesia yang yang bekerja sama dengan
penguasa kolonial . Dalam perjuangan kelas melawan golongan – golongan itu ,
kaum nasionalis terlebih dahulu perlu mengusahakan organisasi dan kaderisasi
yang mantap.[1]
Perbedaan – perbedaan isi ideologi
kedua pihak sesunggguhnya tidak terlalu prinsipal akan tetapi di sisni yang
mencolok adalah perbedaan gaya serta jiwa perjuangan mereka. Soekarno lebih
cenderung suatu populalisme , sedang pihak Hatta – Syahrir lebih kearah
elitisme. Kedua Pihak sebenarnya sampai akhir aktivitasnya pada tahun 1933
belum berhasil memantapkan partainya sebagai mombilisasi rakyat yang
efektif.Pada tahun 1933 usaha kedua pihak terhenti dan belum sampai ke tingkat
kelembagaan yang mantap.
2.3
Perkembangan
Organisasi-Organisasi Politik dan Gerakan Sesudah Tahun 1926
2.3.1
Sekitar Pendirian PNI (Partai Nasional Indonesia)
Politik
kolonial Belanda telah memberikan jalan ke arah organisasi yang bercorak nasional
murni dan bersifat radikal. Inisiatif in adalah Ir. Soekarno tahun 1925
mendirikan Aglemeene Studie Club di Bandung. Tahun 1926 setelah terbitnya karya
H.O.S Tjokroaminoto tentang islam dan sosialisme, Ir. Soekarno memasukkan
unsur kekuatan idiologi ketiga yaitunasionalisme dalam karangan,’ Nasionalisme,
Islamisme, dan Marxisme”. Ketiga kekuatan itu menjadi landasan pergerakan
nasional secara garis besar dan oleh Ir. Soekarno juga dianggap sebagai alat pemersatu
pergerakan rakyat Indonesia. Kemudian disebut sebagai nasakom.Tanggal 4
Juli 1927 atas inisiatif Aglemeene Studie Clubmendirikan rapat perserikatan
Naional Indonesia sebagai rapat pembetukan partai yang dihadiri oleh Ir.
Soekarno, Dr. Tjipto Mangkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokroadisurjo, Mr.
Budiarto dan Mr. Sunario. Pada rapat itu dr. Tjipto tidak setuju dibentuk
partai baru namun disarankan menyalurkan nama baru sebab PKI harus ditindas.
PNI
mempunyai hubungan erat dengan PI di negeri Belanda, kegelapan didaerah jajahan
disoroti oleh gerakan ini dan dimulai terjadi propaganda yang
itensif secara lisan dan tulisan. Sasaran pokoknya adalah
Indonesia mencapai puncak kemerdekaan dan pembebasan para tahanan Digul.
Caranya yaitu memadu semangat kebangsaan menjadi kekuasaan nasional dengan
memperdalam keinsafan rakyat dengan mengarahkan kepergerakan rakyat yang
sadar. Jika kemauan nasional cukup tersebar dan masuk mendalamdi hati sanubari
rakyat maka disebut sebagai :nationale geest-nationale wil-nationale daad.Anggaran
dasar PNI yaitu dengan tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia.
Dengan asas “percaya pada diri sendiri”. Artinya memperbaiki keadaan poltik,
ekonomi, dan sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri, antara lain dengan
mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional dan
perkumpulan koperasi-koperasi. Dengan itulah PNI tidak ikut kedalam dewan-dewan
yang diadakan oleh pemerintah (sikap nookoperasi). Anggotanya adalah orang
Indonesia yang berumur sekurang-kurangnya 18 tahun. Orang Asia bisa menjadi
anggotanya namun bagi orang yang luar biasa.
Cita-cita
persatuan akhirnya dapat dicapai dalam waktu singkat. Dalam rapat 17-18
Desember 1927 di Bandung, Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan,
Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesisceh Studieclub, dan Agleemene
Studieclub sepakat mendirikan federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).Tanggal 24-26 Maret disusun
Program asas dan daftar usaha di Bandung, kemudian disyahkan dalam kongres PNI
di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928. Yang mengemukakan bahwa perubahan
struktur-struktur masyarakat Belanda abad ke XVI membawa kebutuhan ekonomi baru
yang menyebabkan imperialisme Belanda. Oleh sebab itu, Indonesia dijadikan
tempat mengambil bahan mentah, pasar hasil Industri, dan tempat penanaman
modal. bagi Indonesia ini berarti drainage kekayaan.Hal ini bisa merusak
sistem struktur ekonomi, sosial, dan politik Indonesia dan menghalangi usaha
dalam memperbaikinya. Syarat utama dalam memperbaiki kembali susunan masyarakat
Indonesia ialah kemerdekaan politik. Berarti “berhentinya pemerintah Belanda”.
Imperialisme yang terjadi sama nasibnya dengan bangsa-bangsa lain yang dijajah
di daerah Asia, kemudian untuk melawan imperialisme maka harus bersatu dalam
usaha- usaha untuk melawan kaum imperealisme.Kongres PNI pertama di Surabaya
tanggal 27-30 Mei 1928. Tujuannya adalah mengesahkan anggaran dasar, program
asas, dan rencana kerja PNI. Kemudian juga memeperkenalkan diri lebih jauh
kepada masyarakat. Dengan ketuanya Ir.Soekarno dan Mr. Sartono menjadi
Bendahara.Usaha mempersatukan kekuatan diseluruh Indonesia juga bergerak dalam
gerakan pemuda. Dalam kongres pemuda kedua di Jakarta tanggal 26-27 Oktober
1928. Pada penutupan kongres tanggal 28 Oktober diucapkan sumpah pemuda. Dalam
tahun 1930 semua perkumpulan pemuda Indonesia dipersatukan dalam pemuda
Indonesia. Organisasi perempuan juga turut bersatu. Kongres perempuan yang
pertama di Yogyakarta tanggal 22-31 Desember 1928 yang berhasil dibentuk
federasi yang bernama Perserikatan Perempuan Indonesia(PPI), dan kongres kedua
tanggal 28-31 Desember 1930 namanya diubah menjadi (PPPI) Perserikatan
Perhimpunan Istri Indonesia.Tindakan PNI berpengaruh didalam masyarakat, yaitu
:
·
Kedalam mengadaan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri. Yaitu
mengadakan kursus-kursus, mendirikan pendidikan-pendidikan, bank-bank, dsb.
·
Keluar memperkuat publik opinion terhadap tujuan PNI, melalui surat kabar
Benteng Priangan, Persatoean Indonesia.
Tanggal 18-20 Mei 1929 diadakan kongres PNI kedua di Jakarta.
Mengambil keputusan:
1.
Bidang
Ekonomi/sosial : menyokong perkembangn Bank Nasional Indonesia, mendirikan
Koperasi-koperasi (untuk anggota yang terkena sarekat pemerintah),
serikat-sarekat kerja, serta mendirikan sekolah dan rumah sakit.
2.
Bidang
politik: mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) di Negeri
Belanda dan menunjuk sebagai wakil PPPKI di luar negeri.
Oleh
karena itu diadakan kongres kedua untuk konsolidasi kekuatan. Kepada
anggota-anggota diadakan kursus :
1.
Kursus
pimpinan biasanya diikuti 10-12 orang. Diadakan di Bandung gurunya Ir.
Soekarno, Mr. Ishaq, Mr. Ali Sastroamidjodjo, dan Manadi.
2.
Kursus
biasa didaerah-daerah oleh kursus komisi pelajaran diberikan secara sederhana
dan mudah dimengerti.
Semua akan
diuji dan bila lulus akan menjadi anggota. Pengaruh PNI telah sukses dalam
waktu yang singkat, juga berkat filsafat PNI yaitu marhainisme kemudian
ditafsirkan sebagai marxisme yang diterapkan dengan kondisi-kondisi dan situasi
di Indonesia.Kemajuan PNI telah mengkhawatirkan pemerintah Belanda kemudian
memberntuk suatu organsasi yang bernama Vaderlandsche Club Tahun 1929. Agar
pemerintah mengabil tindakan tegas untuk PNI. Kemudian tanggal 6 Agustus 1929
mengeluarkan ancaman terhadap PNI, namun PNI tetap menjadi lebih maju.
Kekhawatiran pemerintah semakin keras ketika kalangan polisi mendapat pegaruh
dari PNI. Sehingga Gubernur melarang polisi menjadi anggoota PNI bulan Oktiber
1929. Begitu juga pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan maklumat sama dan melarang
membaca surat kabar dalam perjuangan kemerdekaan.Kemudian pemerintah Belanda
melakukan penggeledahan-penggeledahan dan penangkapan-penangkapan. Ir. Soekarno
dan kawan-kawan ditangkap oleh polisi di Yogyakarta dan selanjutnya dibawa ke
Bandung.Kemudian tanggal 18 Agustus 1930 sampai dengan
29 September 1930 berpidato pembelaan dengan nama “Indonesia Menggugat”.
Penangkapan Ir. Soekarno merupakan pukulan yang sangat keras terhadap PNI.
Kongres kedua di Jakarta tanggal 25 April 1931 diambil keputusan untuk
membubarkan PNI karena keadaanya memaksa. Menimbulkan perpecahan dikalangan
pendukung PNI. Sehingga masing-masing mendirka partai (Partndo) oleh Mr.
Sartono. (PNI-Baru) pendidikan Nasional Indonesia oleh Moh. Hatta dan St
Syahrir. Perbedaan dari keduanya yaitu PNI-Baru lebih mengutamakan pendidika
politik, dan sosial. Partindo percaya pada organisasi masa adalah senjata tepat
untuk mencapai kemerdekaan.
Kedua organisasi ini
kemudian tidak berhasil karena gubenurnya yang kolot dan keras oleh Jenderal de
jonge yang kemudian ditangkap dan dibuang ke luar jawa.
Algemene
Studie Club di Bandung yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Ternyata mendorong
pemimpin-pemimpin Indonesia di Bandung untuk mendirikan suatu partai politik
baru yang diberi nama Partai Nasional Indonesia sebagai penjelmaan Algemene
Studie Club tersebut pada tanggal 4 Juli 1927. Pemimpin-pemimpin yang mengambil
inisiatif mendirikan PNI ini ada sebanyak delapan orang, diantanya lima orang
perhimpunan Indonesia. Kedelapan pemimpin tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ir.
Soekarno;
2. Dr.
Tjipto Mangungkusumo;
3. Ir.
Anwari;
4. Mr.
Sartono;
5. Mr.
Iskaq;
6. Mr.
Sunarjo;
7. Mr
Budiarto;
8. Dr.
Samsi.
Asas
dari partai politik ini terdiri politik ini terdiri dari (3) asas sebagai
berikut:
1. Menolong
diri sendiri (self-Help) yang kini kita kenal dengan istilah Berdikari (artinya memperbaiki keadaanpolitik, ekonomi, dan sosial
budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan kekuatansendiri);
2. Non-Cooperative
(yakni tidak mengadakan kerja sama dengan
pemerintah
Belanda);
Belanda);
3. Marhaenisme,
sedangkan tujuannya adalah mencapai Indonesia Merdeka( yakni, mengentaskan
massa dari kemiskinan dan kesengsaraan). Program-program PNI sebagai hasil
Kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928 adalah sebagai berikut:
A. Bidang
Politik
1. Memperkuat
perasaan kebangsaan dan persatuan Indonesia;
2. Menyebarkan
pengetahuan tentang sejarah Nasional;
3. Mempererat
hubungan antar bangsa-bangsa di Asia;
4. Menuntut
kemerdekaan pers dan kemerdekaan berserikat.
B. Bidang
Ekonomi
1. Berusaha
mencapai perekonomian Nasional;
2. Menyokong
perdagangan dan perindustrian;
3. Mendirikan
fonds Nasional dan Koperasi.
C. Bidang
Sosial
1. Memajukan
pengajaran Nasional;
2. Memperbaiki
kedudukan Wanita;
3. Memajukan
Serikat Buruh dan Serikat Tani;
4. Memperbaiki
Kesehatan Rakyat;
5. Menganjurkan
Monogami.
Niatan
untuk membersihkan organisasi komunis dari golongan Borjuis kecil ( yang
sebetulnya lebih bersifat Nasionalistis dari bersifat komunistis) sudah
beberapa kali dilakukan di kongres-kongres komunis. Tidak jadinya pembersihan
itu adalah didasrkan atas pertimbangan, bahwa mereka tentulah akan ditelan oleh
S.I. dan bahwa dengan saringan yang tepat tentulah akan dapat juga orang-orang
dari anggota Sarekat Rakyat yang cakap untuk PKI. PNI lahir dengan alat-alat
kerohanian yang lengkap. Alat-alat kerohanian itu adalah sebagai berikut :
1. Nafsu
untuk mendapatkan keuntungan sebesarnya yang ada dalam dada bangsa Belanda,
itulah yang menjadi sebabnya Indonesia ditaklukkan oleh Netherland. Oleh sebab
itu bangsa Belanda itu menjalankan daya upaya untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya (dengan jalan monopoli,penyerahan paksa sebagian daripada
hasil-hasil, tanaman paksaan, perusahaan partikulir), yang berakibat buruk bagi
kehidupan orang Indonesia.
2. Tujuan
yang paling utama dari PNI ialah kemerdekaan Indonesia. Jadi, segala usaha dan
tenaga haruslah dilakukan dengan “menghadapi Indonesia Merdeka”.
3. Jika
pembentukan negara dalam negara itu tercapai, maka akan diperoleh pula
kemerdekaan dengan tidak melakukan hal yang tidak diinginnkan, melainkan
sebagai akibat tekanan batin. Maka barulah dapat dilakukan pembangunan yang
sesungguhnya.
4. Menjunjung
dasar non-koperasi, jadi ini bukan terbit dari rasa benci atau putus asa,
tetapi sangat perlu, dengan berdasarkan pikiran yang sehat dan harus disertai
dengan kerja sendiri.
5. Meskipun
rakyat Indonesia harus bersandar pada tenaga sendiri, tapi perlulah segenap
bangsa-bangsa asia bekerja bersama-sama (panaziatisme).
6. Keadaan
bangsa Indonesia sekarang ialah akibat dari Imperialisme barat dan kapitalisme
Barat, jadi itulah yang menjadi musuh negeri-negeri jajahan di seluruh Asia dan
semua tenaga yang menentang Kapitalisme itu menjadi temannya.
7. Karena
seluruh rakyat Indonesia bekerja pada pembebasan kebangsaannya, tidak bolehlah
diperhatikan pangkat dan golongan, kekayaan, laki-laki atau perempuan dan
sebagainya. Juga tidak perlu diperhatikan agama, karena rakyat Indonesia menganut berbagai jenis
agama, dihormati, tetapi bukan menjadi cita-cita.
8. Orang
Indonesia sendiri dalam perjuangannya tidak akan mendapat kesenangan,
keuntungan, memikul beban belaka, memberikan jiwa raganya kepada dan untuk
kebahagiaan bangsanya dimasa yang akan datang.
Supaya
dapat menjalankan usaha yang sudah dirancangkan itu (kerjasama yang
bersatu-padu dan bersandar pada tenaga ramai dari rakyat), yaitu melenyapkan
kekuasaan jajahan dengan cara yang aman. Maka, PNI itu selalu mengusahakan,
bukan saja terdapat pengusaha-pengusaha yang cakap untuk pekerjaan itu, tetapi
orang yang menjadi anggota PNI itu tidak langsung diterima saja menjadi
anggota. Melainkan mereka harus lebih dahulu menamatkan kursus-kursus (yang
diberikan komisaris-komisaris daerah). Juga untuk anggota-anggota biasa,
diadakan kursus-kursus; kursus-kursus inilah yang menyebabkan mereka itu cakap
menyebarkan cita-cita partai kepada rakyat ramai. Pada kongres yang kedua,
18-20 Mei 1929 di Jakarta, PNI akan mengadakan kursus-kursus yang istimewa,
untuk mengajarkan sosialisma, anarkhisma, komunisma dan sebagainya, supaya
dapat menjunjung “nasionalisme”nya sendiri dengan sadar dan supaya orang dapat
memisahkan dari salah satu isma-isma (aliran-aliran) yang lain itu.
Atas
pidato Ir. Sokarno di mana-mana, maka PNI dalam waktu singkat maju dengan pesat
dan mendapat dukungan dari rakyat Indonesia di seluruh pelosok tanah air,
sehingga pemerintah Hindia-Belanda menganggap perlu memberikan
peringatan-peringatan kepada pimpinan PNI masing-masing pada:
1. Tanggal
15 Mei 1928 yaitu pidato Gubernur Jenderal pada pembukaan Volksraad;
2. Bulan
Juli 1929.
Peringatan
tersebut terutama oleh Ir. Soekarno tidak dihiraukan dan akhirnya oleh
Pemerintah Hindia-Belanda
didesas-desuskan bahwa pada awal 1930, PNI akan mengadakan pemberontakan
untuk mencapai Indonesia Merdeka.
Berdasarkan
berita provokasi itu, maka Pemerintah Hindia-Belanda pada tanggal 24 Desember
1929 mengadakan penggeledahan dan menangkap 4 orang pemimpin PNI masing-masing:
1. Ir.
Soekarno;
2. Maskum;
3. Gatot
Mangunpradja;
4. Supriadinata.
Berdasarkan
bukti-bukti menurut pemerintah Hindia-Belanda yang didapatkan pada waktu
penggeledahan itu, maka pengadilan (Landraad) di Bandung menajtuhkan hukuman
masing –masing pada:
1.
Ir. Soekarno dengan 4
tahun penajara;
2.
Maskun dengan 2 tahun
penjara;
3.
Gatot Mangkupradja
dengan 1 tahun 8 bulan penjara;
4.
Supriadinata dengan 1
tahun 3 bulan penjara.
Pidato
pembebasan Ir. Soekarno di muka Hakim Kolonial itu dikenal dengan judul Indonesia Menggugat. Berdasrkan
keputusan yang telah diambil oleh Hakim Kolonial, maka PNI dinyatakan sebagai
suatu perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan. Dengan pertimbangan
ini, maka PNI pada bulan April 1931
dibubarkan, tetapi untuk melanjutkan cita-cita PNI itu, Mr. Sartono sebagai
pemimpin lama PNI membentuk satu partai baru dengan nama Partai Indonesia
(PARTINDO). Pembubaran PNI ini dan pembentukan Partai baru di kalangan para
anggotanya ada yang pro dan ada yang anti, sehingga yang tidak setuju
pembubaran partai PNI membentuk partai baru
dengan tetap mempertahankan singkatan PNI yaitu dengan nama Pendidikan
Nasional Indonesia di bawah pimpinan Drs.Moh.Hatta dan Sutan Syahrir.
2.3.2
Partindo (Partai Indonesia)
Pada tanggal 29 April 1931 di Jakarta didirikan partai politik
baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo). Pada dasarnya,Partindoa adalah
PNI dengan nama lain. Para pemimpinnya yakin bahwa cara itu akan mencegah
tindakan dari pemerintah menentang Partindo.
Dalam maklumatnya tertanggal 30 April 1931 dalam majalah
Persatuan Indonesia dinyatakan bahwa Partindo berdiri di atas dasar
nasionalisme,dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun (self help),dan tujuannya adalah
kemerdekaan Indonesia. Dalam mencapai tujuan itu Partindo yang dipimpin oleh
Sartono akan mendasarkan pada kekuatan sendiri. Anggota Partindo sebagian besar
berasal dari anggota PNI. Pada permulaan bulan Februari 1932 Partindo mempunyai
anggota sekitar 3000 orang.
Partindo merupakan organisasi
kelanjutan dari PNI yang didirikan oleh Sartono yang pada saat itu menjabat
sebagai ketua PNI-lama menggantikan Soekarno yang di tangkap pemerintah belanda
tahun 1929.organisasi ini berdiri pada 30 april 1931 dengan harapan PNI akan
bergabung dengan dengan partindo. Tujuan dari
partindo adalah untuk mencapai satu Negara kesatuan Republik Indonesia Merdeka
dan kemerdekaan akan tercapai apabila seluruh rakyat Indonesia bersatu padu.
Konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang diusung Ir.Soekarno diterima
sebagai cita-cita dari partai ini.Karakteristik perjuangan partai ini adalah
non kooperatif.Pada awalnya keputusan Sartono banyak mendapat kecaman dari
anggota PNI-lama serta dari golongan yang tidak menyetujui pembubaran PNI.Namu
sartono terus bejuang untuk memajukan organisasi partindo ini.
Partindo
salah satu organisasi yang banyak diminati pada masanya, hal ini di karenakan
adanya Soekarno dalam organisasi ini yang memiliki daya tarik tersendiri di
mata masyarakat. Awalnya setelah Soekarno di bebaskan dari penjara suka miskin
tahun 1932, ia bertekad menyatukan kembali PNI-baru dengan partindo, tetapi
usahanya mengalami kegagalan, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk memilih
partindo karena organisasi tersebut lebih sesuai dengan pribadinya dan
menawarkan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan agitasinya. Dia mengumumkan
keputusannya tersebut pada tanggal 1 agustus 1932.
Setelah
Ir.Soekarno bergabung dalam partai ini membuat partindo perkembangan meningkat
pesat.Ir.Soekarno yang menjabat sebagai kepala cabang Bandung melakukan
aksi-aksi yang memukau rakyat Indonesia.Dengan pidato-pidatonya yang menyihir
membuat propaganda-propaganda partindo tersalurkan dan memikat rakyat Indonesia
untuk masuk kedalam partai ini. Terbukti
dengan jumlah keanggotaan yang meningkat dari 226 pada bulan agustus 1932
menjadi 3762 pada tahun 1933.
Pada
kongres partindo juli 1933 Ir.Soekarno menjelaskan konsep marhaenisme kepada
yang menentang analisa kelas dari PNI pendidikan dan lebih menyukai pejuangan
membela rakyat kecil.Pada kongres ini juga Ir.Soekarno sukses menyampaikan
konsep sosio-nasionalisme dan sosio-demokratisnya.Kongres-kongres yang selalu
dipenuhi peminat ini membuat pemerintah melakukan wanti-wanti dengan melarang
pegawai negeri untuk ikut bergabung dengan partai ini dan puncak aksi
pengawasan pemerintah ini dengan dibuangnya tokoh yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan partai ini yaitu Ir.Soekarno ke Ende, Flores.
Tujuan Pembentukan Partindo
·
Menumpuk semangat mandiri.
·
Perbaikan hubungan dalam
masyarakat (social, ekonomi, dll).
·
Pembentukan pemerintah rakyat
berdasarkan demokrasi.
·
Mewujudkan Indonesia merdeka
melauli hak-hak politik.
·
Untuk mencapai Indonesia
merdeka yang mandiri tanpa campur tangan Negara penjajah.
Kegiatan Partindo
Dalam
perkembangannya partindo melakukan kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan serta membangkitkan rasa Nasionalisme bangsa.
Kegiatan itu diantaranya adalah
·
Meliputi kegiatan social dan
ekonomi sebagai pusat.
·
Mempersiapkan Indonesia
merdeka.
·
Mengadakan rapat dan kongres.
Kemunduran Partindo. Ada beberapa
factor yang menyebabkan partindo mengalami kemunduran:
·
Partindo dianggap terlalu
radikal oleh pemerintah penjajah.
·
Ditangkapnya kembali
Ir.Soekarno pada 1 agustus 1934.
·
Pada tanggal 18 november 1939
Sartono membubarkan partindo meski tanpa dukungan penuh dari anggotanya.
Penyebab Pembubaran
Partindo
Partindo dibubarkan
pada tahun 1939 oleh sartono tanpa ada dukungan penuh oleh anggotanya, mereka
menganggap sartono membubarkan partindo tanpa ada alas an yang jelas. Namun
menurut sartono ada beberapa penyebab yang mengharuskan partindo untuk
dibubarkan yaitu:
·
PPKI melarang partindo untuk
mengadakan rapat yang kemudian menyebabkan partindo keluar dari PPKI.
·
Kegiatan-kegiatan organisasi
bersifat Radikal yang menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup
ketat dan Partindo tidak bisa berkembang seperti pada
umumnya.
Tokoh-Tokoh Partindo :Ir.Soekarno, Sartono, Anwari, Adam Malik, S.K. Trimurti, Oei Tjoe Tat, Moh. Hatta, Gatot Mangkoeprodjo. Assaat, Siauw Giok Thjan, Wikana, Suwiryo, Amir Sjarifoedin, dan Yap Thiam Hien.
2.3.3
PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia)
Golongan Merdeka[2]
tidak senang melihat pembubaran PNI itu yang kemudian disusul dengan
didirikannya Partindo. Mereka tidak tinggal diam,tetapi berusaha untuk
mendirikan suatu organisasi sendiri. Mereka selalu berhubungan dengan Mohammad
Hatta yang masih berada di Negeri Belanda. Akhirnya pada bulan Desember 1931 di
Yogyakarta didirikan organisasi baru bagi mereka dengan nama Pendidikan
Nasional Indonesia (disingkat PNI-Baru)
Jika PNI-Baru dibandingkan dengan Partindo,pada hakikatnya tidak
ada perbedaan yang besar. Kedua organisasi tersebut berdiri di atas dasar yang
tidak jauh berbeda,yaitu nasionalisme. Tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia
yang hendak dicapai dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun
(self-help) dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial
(nonkooperasi).
2.3.4
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya merupakan fusi (gabungan) dari Budi
Utomo danPersatuan Bangsa Indonesia (PBI). Penggabungan dua organisasi ini
dilaksanakanpada kongresnya di Surakarta tanggal 25 Desember 1935.Tujuan Partai
Indonesia Raya adalah untuk mencapai Indonesia mulia dansempurna, dengan dasar
nasionalisme Indonesia. Taktik perjuangannya adalahkooperasi. Oleh karena itu,
Parindra mempunyai wakilnya diVolksraad untuk membela kepentingan rakyat.
Selainperjuangan melalui volksraad Parindra juga melakukanbeberapa usaha,
antara lain sebagai berikut : 1) Di bidang pertanian dengan mendirikan PerhimpunanRukun
Tani untuk membantu kehidupan petani danmendirikan Bank Nasional Indonesia.
2) Di bidang pelayaran dengan membentuk
RukunPelayaran Indonesia.Kepengurusan Parindra. Pada awal terbentuknya
organisasiini adalah Dr. Sutomo sebagai ketua dan Wuryaningrat sebagai wakil
ketua.Sedangkan Kepala Departemen Politik dalam Pengurus besar Parindra
adalahMuhammad Husni Thamrin
Partai Indonesia Raya
atau Parindra adalah suatu partaipolitik yang
berdasarkan nasionalisme
Indonesia dan menyatakan tujuannya adalah Indonesia Mulia dan Sempurna (bukan
Indonesia Merdeka). Parindra menganut azas cooperatie alias bekerja sama
dengan pemerintah Hindia Belanda
dengan cara duduk di dalam dewan-dewan untuk waktu yang tertentu. Parindra berdiri pada tanggal 26 Desember 1935
di kota Solo, Parindra merupakan fusi (gabungan) antara Budi Utomo dan
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).Tokoh tokoh Parindra adalah dr. Sutomo, Moh.
Husni Tamrin, R Panji Suroso, R. Sukarji Wiryopranoto, Mr Susanto. Taktik dan
asas perjuangannya adalah kooperatif.
Tujuan Parindra adalah “ Mencapai indonesia
Raya” dengan jalan :
1.
memperkokoh persatuan dan kesatuam bangsa
2.
menjalankan aksi polotok untuk mencapai pemerintahan yang demokratis
3.
memajukan ekonomi dan sosial masyarakat Indonesia.
Parindra
berusaha menyusun kaum tani dengan mendirikan Rukun Tani,
menyusun serikatpekerja
perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin),
menyusun perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (menolong diri
sendiri), mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta
mendirikan percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah.
Kegiatan
Parindra ini mendapat semakin mendapatkan dukungan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat
itu, van Starkenborg,
yang menggantikan de Jonge pada tahun 1936.
Gubernur Jenderal van Starkenborg memodifikasi politiestaat peninggalan
de Jonge, menjadi beambtenstaat(negara pegawai) yang memberi konsensi
yang lebih baik kepada organisasi-organisasi
yang kooperatif
dengan pemerintah Hindia Belanda.
Pada
tahun 1937, Parindra memiliki anggota 4.600
orang. Pada akhir tahun 1938, anggotanya menjadi 11.250 orang.
Anggota ini sebagian besar terkonsentrasi di Jawa Timur. Pada bulan Mei1941
(menjelang perang Pasifik), Partai Indonesia Raya diperkirakan memiliki anggota
sebanyak 19.500 orang.Ketika Dr. Soetomo meninggal pada bulan Mei 1938,
kedudukannya sebagai ketua Parindra digantikan oleh Moehammad
Hoesni Thamrin (MHT), seorang pedagang dan anggota Volksraad. Sebelum menjadi ketua
Parindra, Moehammad Hoesni Thamrin telah mengadakan kontak-kontak dagang dengan
Jepang sehingga ia memainkan kartu
Jepang ketika ia berada di panggung politik Volksraad.
Karena
aktivitas politiknya yang menguat dan kedekatannya
dengan Jepang, pemerintah Hindia Belanda menganggap Thamrin lebih berbahaya
daripada Soekarno. Maka pada tanggal 9 Februari1941,
rumah Moehammad Hoesni Thamrin digeledah oleh PID (dinas rahasia Hinda Belanda)
ketika ia sedang terkena penyakit malaria, selang dua
hari kemudian Muhammad Husni Thamrin menghembuskan napas yang terakhir.
Salah
satu bukti kedekatan Parindra dengan Jepang yaitu ketika Thamrin meninggal
dunia, para anggota Parindra memberikan penghormatan dengan mengangkat tangan
kanannya. Bukti lain adalah pembentukan gerakan pemuda yang disebut Surya
Wirawan (Matahari Gagah Berani), yang disinyalir nama ini bertendensi
dengan negara Jepang.
Dengan
demikian Parindra digambarkan sebagai partai yang bekerjasama dengan
pemerintahan Hindia Belanda di awal berdirinya, akan tetapi dicurigai di akhir
kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1942
sebagai partai yang bermain mata dengan Jepang untuk memperoleh kemerdekaan.
2.3.5Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo)
Pertengahan Mei 1937 di Jakarta dibentuk partai gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo). Dengan ketuanya Adnan Kapau Gani. Asas Gerindo yaitu kebangsaan,kerakyatan.
Didasarkan atas satu darah satu keturunan. Asas kerakyatan dari gerindo adalah
demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat.Jalan untuk mencapai tujuan, yaitu
dengan cara:
1.
Membimbing
rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan, ekonomi dan sosial.
2.
Menyusun
kekuatan rakyat diluar dan didalam rakyat-rakyat ketika didalam dewa-dewan.
Gerindo
mengutamakan bidang politknnya. Organisasi ini mendapat dukungan dan partisipasi
dari mantan anggota partindo. Sehingga kolonial mencoba menghangatkannya dengan
cara membubarkan rapat pendirian cabang gerindo. Sedangkan politiknya
ditunjukkan terhadap petisi Sutarjo menuju konferensi imperiaslisme ketika hak
Belanda dan Indonesia mempunyai kedudukan yang sama di Indonesia.
2.3.6 GAPI (GABUNGAN POLITIK INDONESIA)
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) adalah suatu
organisasi payung dari partai-partai dan organisasi-organisasi politik. GAPI
berdiri pada tanggal 21 Mei1939
di dalam rapat pendirian organisasi nasional di Jakarta.Walaupun tergabung
dalam GAPI, masing-masing partai tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap
program kerjanya masing-masing dan bila timbul perselisihan antara
partai-partai, GAPI bertindak sebagai penengah.
Gabungan politik Indonesia (GAPI) adalah
organisasi yang berdiri dengan latar belakang penolakan “Petisi Sutarjo” oleh
pemerintah Belanda. Petisi Sutarjo adalah petisi yang berisi tuntutan kepada
pemerintah Belanda agar Indonesia diberi pemerintahan sendiri, alas an
pemerintah Belanda menolak petisi tersebut adalah Indonesia belum tiba waktunya untuk memiliki pemerintahan sendiri.
GAPI berdiri
tanggal 21 Mei 1939 di Jakarta dan merupakan fusi dari Parindra,
Gerindo,Pasundan,Persatuan Minahasa, Partai Sarekat Islam Indonesia dan PNI
baru. Tokoh tokoh GAPI yang terkenal adalah Moh.Husni Tamrin,Amir Syarifudin
dan Abikusno.
Hal hal yang diperjuangkan GAPI antara lain
adalah :
1.
memperjuangkan pemakaian bahasa Indonesia dalam sidang Volksraad
2.
penghapusan diskriminasi
3.
perubahan kata inlander menjadi orang Indonesia
Di dalam anggaran dasar di
terangkan bahwa GAPI berdasar kepada:
1.
Hak
untuk menentukan diri sendiri
2.
Persatuan
nasional dari seluruh, bangsa Indonesia dengan berdasarkan kerakyatan dalam
paham politik, ekonomi dan sosial.
3.
Persatuan
aksi seluruh pergerakan Indonesia
2.3.7 PERGERAKAN
SAREKAT SEKERJA
Ø
Tahun1926:
PVH (Persatuan Vakbond Hindia) berakhir akibat dari kegagalan aksi politik PKI
yang disusul penangkapan besar-besaran terhadap aktivis RV.
Ø
1930:
Serikat Kaum Buruh Indonesia (SKBI) dibubarkan oleh pemerintah kolonial,
dicurigai turut aktif dalam kegiatan perjuangan kebangsaan.
Ø
1932:
Lahir dua organisasi Serikat Pekerja, yaitu Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN)
dan Persatuan Serikat Pekerja Indonesia (PSPI), yang didirikan oleh dr.
Soetomo.
Ø
1937:
Direktur Intemasional Labour Organization (ILO), Harold B. Butle berkunjung ke
Indonesia pada bulan Oktober untuk memperoleh informasi tentang perkembangan
kehidupan perburuhan di Indonesia yang akan dijadikan bahan laporan dalam
Konfrensi ILO.
Ø
1938:
Lahir gerakan politik yang bekerja sama dengan gerakan serikat pekerja untuk
bersama-sama melindungi dan membebaskan hak-hak dan kepentingan pekerja,
memberantas pengangguran, mengantisipasi tantangan industrialisasi yang
menggusur lapangan usaha kerajinan rakyat.
Ø
1940:
Pemerintah kolonial mengeluarkan Ordonansi Regeling Arberdsverhouding (ORA),
suatu peraturan yang mengatur tentang jaminan dan perlindungan kaum pekerja di
perusahaan-perusahan swasta (partikelir).
2.3.8
PERGERAKAN KEAGAMAAN
A.
Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Asasnya adalah Islam. Kegiatannya bersifat nonpolitik dan lebih menitikberatkan bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
Tujuan Muhammadiyah:
1) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam serta mengamalkannya dalam masyarakat
2) Meluaskan pendidikan Islam secara modern
3) Menghilangkan tradisi atau adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Al Qur'an dan Al Hadits
4) Memajukan pemahaman ilmu agama Islam antara para anggota
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Asasnya adalah Islam. Kegiatannya bersifat nonpolitik dan lebih menitikberatkan bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
Tujuan Muhammadiyah:
1) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam serta mengamalkannya dalam masyarakat
2) Meluaskan pendidikan Islam secara modern
3) Menghilangkan tradisi atau adat istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Al Qur'an dan Al Hadits
4) Memajukan pemahaman ilmu agama Islam antara para anggota
Tahun
1932, Muhammadiyah mengadakan kongresnya yang ke 21 di Makassar, lalu kongres
yang ke 22 diadakan di Semarang tahun 1933, dan seterusnya.
B.
Nahdlatul
Ulama (NU)
NU adalah organisasi yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asyari dari Pesantren Tebu Ireng pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini bersifat nonpolitik dan memusatkan kegiatannya pada bidang agama, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuannya: mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat Islam berdasarkan Madzab Syafi'i. Pada tahun 1946 NU menjadi partai politik yang berasaskan Islam.
NU adalah organisasi yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asyari dari Pesantren Tebu Ireng pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Organisasi ini bersifat nonpolitik dan memusatkan kegiatannya pada bidang agama, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuannya: mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat Islam berdasarkan Madzab Syafi'i. Pada tahun 1946 NU menjadi partai politik yang berasaskan Islam.
C.
Pergerakan
Tarbiyah Islamiah (Perti)
Perti merupakan organisasi yang didirikan oleh Syeh Sulaiman ar-Rushi pada tahun 1928 di Minangkabau. Tujuannya: meningkatkan kecerdasan dan persatuan umat Islam. Usaha Perti dipusatkan pada bidang pendidikan.
Perti merupakan organisasi yang didirikan oleh Syeh Sulaiman ar-Rushi pada tahun 1928 di Minangkabau. Tujuannya: meningkatkan kecerdasan dan persatuan umat Islam. Usaha Perti dipusatkan pada bidang pendidikan.
D.
Majelis
Islam AlaIndonesia(MIAI).
MIAI didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Organisasi ini merupakan gabungan dari Muhammadiyah, NU, PSII, PII, Al Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia, Al Washiliyah, Al Islam, dan Parmusi. Pengurus MIAI adalah KH. A. Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansyur, Wondoamiseno, Sukirman, dan Sastrodiwiryo.
MIAI didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Organisasi ini merupakan gabungan dari Muhammadiyah, NU, PSII, PII, Al Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia, Al Washiliyah, Al Islam, dan Parmusi. Pengurus MIAI adalah KH. A. Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansyur, Wondoamiseno, Sukirman, dan Sastrodiwiryo.
E.
Organisasi
keagamaan yang lain adalah Al Irsyad yang didirikan di Jakarta oleh Syekh
Ahrriad Surkati pada bulan September 1913, Sumatera Thawalib (1918) di
Minangkabau dan Pemuda Muslimin Indonesia. Organisasi-organisasi keagamaan di
luar Islam antara lain: Persatuan Pemuda Kristen dan
Persatuan Pemuda Khatolik.
2.3.9
PERGERAKAN KEWANITAAN
Pada 22-25 Desember
1928 di Yogyakarta, diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama.
Kongres tersebut diprakarsai oleh berbagai organisasi wanita seperti: Wanita
Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan
Taman Siswa bagian wanita. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita dan
usaha untuk memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan gabungan antara
berbagai perkumpulan wanita yang ada.
Dalam kongres itu diambil
keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang disebut Perikatan
Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:
(a) memberi penerangan dann perantaraan
kepada kaum perempuan, akan mendirikan studie fond untuk anak-anak
perempuan yang tidak mampu;
(b) mengadakan kursus-kursus kesehatan;
(c) menentang perkawinan anak-anak;
(d) memajukan kepanduan untuk
organisasi-organisasi wanita tersebut di atas, pada umumnya tidak mencampuri
urusan politik dan berjuang dengan haluan kooperatif.
2.4
Dampak Penahanan Pemimpin
Dampak masa
Soekarno meringkuk di Penjara Sukamiskin ,beberapa pihak mencoba mengatasi
situasi dengan berbagai jalan yang sudah tentu cocok dengan cita – cita serta
kepentingan masing – masing .Mengingat keanekaragaman haluan dan strategi
politik , maka reaksi – reaksi yang bermacam – macam itu menciptakan situasi
politik yang sangat kompleks. Ketegangan dan konflik terjadi secara bertubi –
tubi , suatu proses yang hanya membuat perpecahan menjadi bertambah parah
.Apakah Soenario yang penuh konflik itu memang telah dibayangkan oleh
pemerintahan HB yang lazim di gambarkan terampil dalam menjalankan politik De Vide
et impera hal itu tidak diketahui . Yang jelas ialah untuk mencegah terulangnya
huru – hara tahun 1926 , sekaligus memperlemah kedudukan PNI , dan rupanya sama
sekali tidak untuk menumpas organisasi nasional.
Sartono dengan pandangan yang
legalistik segera menginstruksikan agar semua kegiatan cabang sementara waktu
dihentikan, bahkan berusaha untuk membubarkan PNI serta kemudian mendirikan
partai baru. Tindakannya itu dimaksudkan agar dengan identitas baru organisasi
baru tidak menjadi sasaran dan buronan penguasa.Sikap seperti itu dikritik
secara pedas oleh Moh.Hatta yang mengatakan bahwa PNI telah bunuh diri sebelum
berhadapan dengan lawannya. PNI yang menjalankan politik elitis gagal dalam
memobilisasikan massa. Dengan mengambil sikap tersebut PNI telah kehilangan
kewibwaannya dikalangan rakyat pada umumnya,di antara para anggota khususnya.
Ada
sekelompok anggota PNI yang tidak mau mengikuti haluan Sartono ; mereka
mendirikan studiedclubdi beberapa
tempat antara lain di Batavia , Bandung , Semarang , Surabaya, Malang, dan
Palembang. Kemudian mereka mendirikan sendiri Golongan Merdeka , yang kemudian
lebih terkenal sebagai PNI Baru.
Seperti telah diuraikan di atas
Soetomo mengambil mengambil kesempatan untuk melaksanakan cita – cita nya ,
yaitu mendirikan organisasi tersendirinya dengan gaya dan isi yang berbeda dari
PNI dengan politik agitasinya . PBI didirkan lebih dari PNI dengan politik
agitasinya . PBI didirikan lebih cenderung untuk bergaya sebagai aktivitas
sosial – ekonomis.
Menurut pandangan Moh. Hatta
kesimpangan siuran dan kekacauan di kalangan kaum nasionalis adalah adanya
manifesti krisis ideologi. Sesungguhnya meskipun gaya nya berbeda – beda , isi
perjuangan kaum nasionalis seharusnya sama , sehingga banyak konflik dapat
diatasi. Di sinilah sebenarnya letaknya persatuan dan tidak seperti yang
dikonsepsikan Soekarno tentang hakikat organisasi di PPPKN tersebut di
atas.Seperti apa yang kemudian terhimpun dengan nama PNI Baru atau Pendidikan
Naional Indonesia ,ialah bahawa ideologi politik harus berdasarkan kebangsaan
dan kerakyatan (nasionalisme dan demokrasi).
2.5 Masalah Persatuan
Salah
satu isu yang berpengaruh terhadap penggalangan persatuan di antara organisasi
– organisasi pergerakan nasional pada tahun tiga puluhan ialah sekitar konsepsi
persaruan itu sendiri. Dalam hal ini yang menonjol adalah perdebatan dan
pertentangan pendapat antara Patrindo dan PNI Baru atau yang umum di gambarkan
sebagai pertentangan antara golongan Soekarno dan Hatta. Seperti yang telah
disinggung di atas sejak awal perkembangan PPPKI telah di lancarkan kritik
tajam oleh Hatta mengenai PPPKI sebagai bentuk persatuan , seperti yang di
konsepsikan oleh Soekarno, yaitu pengintegrasian berbagai organisasi dalam satu
wadah atau lembaga.
Dalam konsepsi persatuan seperti
yang tidak diperhitungkan adanya pelbagai unsur yang mewakili golongan
,aliran,kepentingan, ataupun kelas sosial yang beraneka ragam.Persatuan yang
terwujud menurut Hatta adalah lancung oleh karena menurut analisisnya dengan
perspektif sosialis terkandung di dalamnnya kontradiksi dan konflik
kepentingan, lagi pula ideologi – ideologi yang bertolak belakang satu sama
lain. Tambahan pula prinsip demokrasi tidak dapat dilaksanakan dengan prinsip
mufakat.Di samping itu di belakang perdebatan itu tampak lagi perdebatan titik
pendirian ideologis ; Soekarno dengan antikolonialismenya sebagai konfrontasi
rasial dan Hatta dengan sosialismenya dengan perjuangan kelas melawan
kapitalisme.
2.6 Berakhirnya Masa
Nonkooperasi
Periode antara awal 1933 sampai
pertengahan 1933 tidak hanya di tandai oleh perpecahan gerakan nasionalis serta
kegagalan usaha pengintegrasian organisasi – organisasi nasionalis , tetapi
juga oleh aksi politik yang semakin meningkatkan terutama sebagai dampak
politik agitasi yang di jalankan Soekarno. Disini dijumpai kekuatan – kekuatan
sosial yang anatgonistik sehingga gerakan nasionalis sebagai totalitas menjadi
kontra produktif,bahkan dalam rangka kondisi ekonomis serta situasi politik
menuju ke perbenturan kekuatan nasionalis dengan nasionalis dengan kekuasaan
kolonial.
Dalam suasana yang semakin panas
dapat diduga bahwa penguasa sudah siap untuk bertindak tindakan pertama ialah
pemberangusan surat kabar Fikiran Rakyat
pada tanggal 19 Juli 1933 yang memuat sebuah cartoon. Pada tanggal 1 Agustus semua rapat Partindo dan PNI baru
dilarang dan hari itu juga Soekarno ditahan. Sehari kemudian dikeluarkan
larangan bagi semua pegawai negeri masuk menjadi anggota partai
tersebut.Tindakan – tindakan itu kesemuanya dilegitimasikan oleh pemerintahan
HB semata – mata untuk menjamin rust en orde dan dilandaskan pada artikel 153
bis dan ter.
Pembuangan Soekarno ke Digul
diperkirakan membawa resiko karena dapat mempengaruhi bekas anggota PKI yang
dalam jumlah besae ada di sana. Akhirnya dipilih Flores sebagai tempat pembunagan.Soekarno
diberangkat kan pada Februari 1984.
2.7Peristiwa-Peristiwa Penting
2.7.1 Sumpah Pemuda
Pemuda-pemuda
Indonesia yang tadinya terpecah-pecah menyadari perlunya suatu organisasi
Pemuda Indonesia yang seazas, suatu kesatuan agar dapat menyatukan kekuatan
mereka guna mencapai cita-citanya. Usaha-usaha
kearah itu berturut-turut diadakAn sebagai berikut :
a. Pertemuan
tanggal 15 Agustus 1926 di Jakarta yang dihadiri antara lain oleh wakil-wakil:
1. Yong
Java;
2. Yong
Sumatra;
3. Sekar
Rukun;
4. Yong
Batak;
5. Yong
Minahasa;
6. Vereniging
Voor Ambonsche Strudeerenden
7. Komite
Kongres 1 Pemuda;
8. Yong
Islamieten Bond, Cabang Jakarta.
Hasilnya anatara lain
penyatuan belum mendapatkan kebulatan.
b. Pertemuan
tangal 20 Februari 1927 di Jakarta yang
dihadiri antara lain:
1. Yong
Java;
2. Yong
Sumatra;
3. Sekar
Rukun;
4. Yong
Batakse Bond;
5. Yong
Islamieten Bond,
6. Yong
Minahasa;
7. Yong
Ambon.
Hasil pertemuan kali
ini juga belum mencapai kebulatan untuk berfungsi sebagaimana diajukan dalam
program kerja Jong Java.
c. Pertemuan
tangal 23 April 1927 yang dihadiri
antara lain oleh wakil-wakil :
1.
Yong Sumatranen Bond;
2.
Yong Java;
3.
Yong Batak;
4.
Yong Ambon.
5.
Yong Minahasa;
6.
Yong Indonesia;
7.
Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia.
Hasil
untuk menyatukan mereka juga belum didapatkan kebulatan, akan tetapi walaupun
demikian sudah lebih maju, karena sudah dapat meletakkan dasar untuk
melancarkan usaha selanjutnya. Dasar yang dicapai dan telah menjadi keputusan
anatara mereka adalah :
1. Indonesia
merdeka harus menjadi idea segala anak Indonesia.
2. Segala
perserikatan pemuda harus berupaya-upaya menuju mempersatukan diri dalam satu
perkumpulan.
d. Akhirnya
tanggal 26 sampai 28 Oktober 1928 atas inisiatif Perhimpunan Pelajar Indonesia,
Pemuda Indoensia mengadakan kongresnya lagi yang ke 2 di Jakarta yang dihadiri
oleh wakil-wakil sebagai berikut :
1. Pemuda
Sumatera;
2. Pemuda
Indoensia;
3. Yong
Bataksche Bond;
4. Sekar
Rukun;
5. Pemuda
Kaum Betawi;
6. Yong
Islamiten Bond;
7. Yong
Java;
8. Yong
Ambon;
9.
Yong Celebes
10. Dan
lain-lain.
Utusan
Kongres datang dari berbagai pelosok tanah air. Pemimpin pemuda yang ikut
memelopori Kongres Pemuda ini antara lain:
1. Rusmali
2. Yusupadi
3. Mokoginta
4. Moh.
Yamin
5. A.K
Gani
6. Sudiman
7. Moh.
Tamzil
8. Mr.
Wongsonegoro (Mr. Sunardi Jokodipuro)
9. Kaca
Sungkono
10. Sugandi.
Kongres
ke-2 Pemuda-pemuda Indonesia ini diketuai oleh Sugandi dan sebagai sekretaris
adalah Kaca Sungkono.
Acara
Pokok adalah “Masalah persatuan dalam organisasi Pemuda”. Para peserta kongres
dengan hangat memperdebatkan masalah ini sesuai dengan semangat muda mereka,
tetapi juga dengan toleransi yang membuktikan bahwa semangat persatuan menjiwai
seluruh jalannya kongres. Ide-ide dari utusan umumnya dapat disimpulkan yakni:
mencari Indonesia Merdeka dan Mengusir Kolonialisme Belanda.
Akhirnya
pada tanggal 28 Oktober 1928 Kongres pada sidang terakhir dengan penuh
kesungguhan dan kekhidmatan pemuda-pemuda itu menyatakan sumpahnya bahwa mereka
berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu. Lengkap berbunyi sebagai
berikut:
1. Kita
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
2. Kita
putra dan putri Indoensia mengaku bertanah air satu, tumpah dara Indonesia.
3. Kita
putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia.
Sebagai
peryataan akan kebanggaan pemuda-pemuda sebagai patriot muda yang bertanggung
jawab untuk memulikan nusa dan bangsa dalam kongres itu dinyanyikan untuk
pertama kalinya di muka umum lagu Indoensia Raya, yang selanjutnya menjadi lagu
kebangsaan dan dikibarkan pula bendera Sang Merah Putih.Lagu kebangsaan
“Indonesia Raya” ini diciptakan oleh seorang komponis muda Wage Rudolf
Supratman, yang ketika itu baru mencapai umur 25 tahun.
Bab 3. Kesimpulan
3.1
Kesimpulan
·
sejak awal melancarkan
perjuangan politik dengan gaya baru telah terkandung benih-benih faksionalisme
secara konflik intern sehingga prinsip persatuan menghadapi hambatan yang
besar.
·
Menurut pandangan Soekarno
jalan untuk menghadapi kolonialisme dengan kapitalisme tidak lain ialah dengan
menggerakkan massa yang paling menderita sebagai korban sistem kolonial itu.
Maka dari itu , ideologi nasionalisme sewajarnya mencakup aksi massa dari
rakyat menjadi sosio – nasionalisme.selanjutnya peningkatan taraf hidup rakyat
baru dapat dilaksanakan setelah kolonialisme terhapus; maka dikatakannya bahwa
perjuangan antikolonialisme merupakan “jembatan emas” menuju ke alam merdekan
dan sejahtera.
·
Perkembangan-perkembangan
organisasi baru dan gerakan sesudah tahun 1926 ini banyak munculnya
organisasi-organisasi baru yang mendirikan organisasi sendiri.
Organisasi-organisasi baru yang tidak berjauh beda tujuan yang hendak
dicapainya. Tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia yang
hendak dicapai dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun
(self-help) dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial
(nonkooperasi). Organisasi yang muncul pada sesudah tahun 1926-1942 adalah
PNI,Partindo,PNI-Baru,Parindra,Gerindo.
·
Dampak masa Soekarno
meringkuk di Penjara Sukamiskin ,beberapa pihak mencoba mengatasi situasi
dengan berbagai jalan yang sudah tentu cocok dengan cita – cita serta
kepentingan masing – masing .Mengingat keanekaragaman haluan dan strategi
politik , maka reaksi – reaksi yang bermacam – macam itu menciptakan situasi
politik yang sangat kompleks. Ketegangan dan konflik terjadi secara bertubi –
tubi , suatu proses yang hanya membuat perpecahan menjadi bertambah parah .
·
Pengaruh terhadap
penggalangan persatuan di antara organisasi – organisasi pergerakan nasional
yang menonjol adalah perdebatan dan pertentangan pendapat antara Patrindo dan
PNI Baru atau yang umum di gambarkan sebagai pertentangan antara golongan
Soekarno dan Hatta. Seperti yang telah disinggung di atas sejak awal
perkembangan PPPKI telah di lancarkan kritik tajam oleh Hatta mengenai PPPKI
sebagai bentuk persatuan , seperti yang di konsepsikan oleh Soekarno, yaitu
pengintegrasian berbagai organisasi dalam satu wadah atau lembaga.
·
Awal 1933 sampai
pertengahan 1933 tidak hanya di tandai oleh perpecahan gerakan nasionalis serta
kegagalan usaha pengintegrasian organisasi – organisasi nasionalis , tetapi
juga oleh aksi politik yang semakin meningkatkan terutama sebagai dampak
politik agitasi yang di jalankan Soekarno. Pada tanggal 1 Agustus semua rapat
Partindo dan PNI baru dilarang dan hari itu juga Soekarno ditahan. Sehari
kemudian dikeluarkan larangan bagi semua pegawai negeri masuk menjadi anggota
partai tersebut.
Daftar Pustaka
Kartodirjo,
Sartono. 1990. Pengantar Sejarah
Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Poesponegoro, marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V, zaman
kebangkitan nasional dan masa Hindia Belanda. Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, M.C.
2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT. Serambi Ilmu
Semesta.
[1]J.Ingleson , op.cit, hlm
192-193
[2][2][2] “Golongan Merdeka” adalah anggota PNI yang tidak mengiraukan seruan
ketua PNI Sartono dan mereka tetap giat bekerja seperti biasa. Mereka
mengadakan klub-klub studi di berbagai tempat,mempelajarai soal soal mengenai
rakyat,dan tetap mengobar-ngobarkan semangat rakyat.